Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali optimistis inflasi selama tahun 2016 stabil karena adanya sinergitas instansi terkait dalam melakukan pemantauan kecukupan stok ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan ekspektasi harga.

Ketua TPID Bali, Ketut Sudikerta di Denpasar, Jumat, menyatakan inflasi selama satu tahun optimis tercapai pada kisaran kurang dari tiga persen atau hingga empat persen.

Kondisi inflasi tersebut akan berada jauh di bawah target inflasi dalam RPJMD Bali 2016 sebesar 5,53 hingga 5,95 persen.

Selama periode Januari hingga Oktober 2016, inflasi kumulatif mencapai 2,16 persen dan selama Oktober 2016, Bali mengalami deflasi minus 0,21 persen setelah pada bulan sebelumnya inflasi sebesar 0,23 persen.

Denpasar dan Singaraja, dua kota yang menjadi pencacahan inflasi di Bali masing-masing deflasi sebesar minus 0,19 persen dan 0,32 persen.

Landainya laju inflasi pada Oktober 2016 di dua kota itu didorong kelompok bahan makanan, transport, komunikasi dan keuangan serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, minuman, rokok dan tembakau.

Penurunan indeks harga yang ditunjukkan pada kedua kota sampel inflasi, lanjut Wakil Gubernur Bali itu tidak lepas dari peran aktif SKPD terkait dalam TPID Provinsi dan kabupaten/kota di Bali yang bersama-sama bersinergi mengendalikan inflasi kota Denpasar dan Singaraja.

Berbagai upaya yang telah dilakukan seperti pemantauan kecukupan stok ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan ekspektasi harga, penggalian informasi dengan instansi terkait serta melalui forum koordinasi TPIO dalam mengambil langkah antisipatif pengendalian inflasi.

Inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil diharapkan akan menciptakan iklim yang kondusif bagi perekonomian berupa kepastian usaha dan terjaganya biaya produksi yang akan mendorong peningkatan investasi dan produksi.

Terjaganya inflasi pada tingkat yang rendah mendorong daya beli masyarakat baik untuk masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah maupun tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan.

Sementara dari sisi produsen baik untuk petani maupun pelaku usaha, pergerakan inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil dibutuhkan sebagai insentif untuk melakukan produksi.

Meski demikian sejumlah risiko masih dihadapi diantaranya masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan setempat.

Dalam dua bulan terakhir (November-Desember), TPID Provinsi Bali akan terus melakukan pengawalan dalam pergerakan harga dengan memberikan fokus utama pada komoditas penyumbang inflasi pada akhir tahun antara lain komoditas pada sektor pertanian yaitu bawang merah, sawi hijau, cabai rawit, cabai merah, dan beras.

Selain itu pada sektor peternakan komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras dan pada sektor perdagangan antara lain komoditas rokok, bahan bakar rumah tangga. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016