Singaraja (Antara Bali) - Anggota Komisi X DPR Dr Wayan Koster, MM meninjau sistem pendidikan di SMA/SMK Bali Mandara di Kabupaten Buleleng yang menerapkan konsep pendidikan "Marhaen" yang mampu mencetak SDM berkualitas dan berkarakter.
Dengan didampingi sejumlah anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Buleleng, Koster dalam resesnya, Rabu menilai, konsep dan model pendidikan yang dilaksanakan SMA/SMK Bali Mandara sangat cerdas.
Semua aspek dinilai memiliki kelebihan mulai dari sistem perekrutan, metode pendidikan, serta siswa lulusan yang dihasilkan sangat berkualitas dan berkarakter.
Konsep tersebut menggabungkan dua dimensi penting, yakni pendidikan dan keberpihakan kepada warga kurang mampu untuk mendapatkan haknya mengenyam pendidikan, ujar Wayan Koster yang juga Ketua DPD PDIP Bali.
Ketika mengunjungi sekolah unggulan yang digagas Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Ia disambut hangat Kepala SMAN Bali Mandara I Nyoman Darta dan para tenaga pendidik, tenaga administrasi, serta sekitar 262 siswa sekolah yang berlokasi di Desa Kubutambahan.
Ia mengatakan, pihaknya sejak dulu ingin melakukan kunjungan kerja namun baru kali ini mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan seluruh jajaran di SMA/SMK Bali Mandara.
Pembangunan SMA/SMK Bali Mandara merupakan sebuah kebijakan yang sangat baik, dan berpihak dengan rakyat kurang mampu. Menolong dan membantu orang miskin adalah tindakan mulia. "Program itu adalah kebijakan luar biasa, dan sangat cerdas yang diambil oleh Gubernur. Satu satunya model pendidikan di Indonesia, semuanya serba gratis, disediakan asrama dan menggabungkan dua dimensi. Yaitu, dimensi pendidikan yang berkualitas untuk mencetak SDM dan generasi emas.
Dan dimensi kemanusiaan, memberikan kesempatan kepada siswa dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan. Kebijakan itu sejalan dengan ideologi kerakyatan PDI Perjuangan yang diajarkan Bung Karno, selalu berpihak kepada kaum marhaen," katanya.
Koster yang kini lebih dikenal dengan KBS (Koster Bali Satu) juga memberikan motivasi kepada siswa. Sebelum menjadi Legislator Senayan, dirinya juga berjuang dari bawah, karena berasal dari keluarga yang sangat kekurangan, hidup dibawah garis kemiskinan, di salah satu Desa Bali Age, Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Dia menceritakan harus melewati masa-masa sulit dan krisis untuk bersekolah, dari SD, SMP, SMA dan tahun 1981 berhasil tembus ke Institut Teknologi Bandung (ITB).
Waktu SMA, dia harus bekerja sebagai buruh cuci. "Apapun saya kerjakan, untuk mendapatkan uang demi sekolah," ujarnya.
Begitu pula saat nekat kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), dia juga berusaha sendiri dengan menulis dan menjual buku. Serta memberikan private les. "Sekali kunjungan dibayar lima ribu, empat kali pertemuan. Waktu itu saya memiliki empat anak didik, jadi sebulan mendapatkan Rp80 ribu," kenangnya.
Untuk itulah, Koster mengajak seluruh siswa SMA/SMK Bali Mandara meski dari keluarga miskin jangan lantas menjadi pesimis dan rendah diri. Justru
menjadi penyemangat untuk berjuang. Masih beruntung menurutnya, saat ini pemerintah memiliki kebijakan sekolah untuk siswa dari keluarga kurang mampu.
"Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, untuk menjadi anak didik yang berprestasi. Sabar, tekun dan jangan lupa berdoa agar Hyang Widhi senantiasa membukakan jalan, agar bisa melalui segala kesulitan. Jadilah anak yang bisa membanggakan bagi diri sendiri, keluarga serta bangsa dan negara,"tegasnya. Koster yang tiga periode duduk sebagai Badan Anggaran DPR ini siap memfasilitasi lulusan SMA/SMK Bali Mandara, yang melanjutkan pendidikan tinggi untuk mendapatkan bantuan pemerintah pusat melalui bantuan untuk siswa miskin berprestasi (bidikmisi).
Koster pada kesempatan tersebut sempat menepis isu, yang menyebutkan SMA/SMK Bali Mandara akan dihentikan bila dirinya jadi Gubernur. "Astungkara kalau saya jadi Gubernur, justru SMA/SMK Bali ini akan kita lanjutkan, kita kembangkan dan kita tingkatkan lagi termasuk cakupan dan kuota siswa.
Ini kebijakan bapak Gubernur yang harus dilanjutkan, ujar Koster yang kini dikenal dengan KBS (Koster Bali Satu). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Dengan didampingi sejumlah anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Buleleng, Koster dalam resesnya, Rabu menilai, konsep dan model pendidikan yang dilaksanakan SMA/SMK Bali Mandara sangat cerdas.
Semua aspek dinilai memiliki kelebihan mulai dari sistem perekrutan, metode pendidikan, serta siswa lulusan yang dihasilkan sangat berkualitas dan berkarakter.
Konsep tersebut menggabungkan dua dimensi penting, yakni pendidikan dan keberpihakan kepada warga kurang mampu untuk mendapatkan haknya mengenyam pendidikan, ujar Wayan Koster yang juga Ketua DPD PDIP Bali.
Ketika mengunjungi sekolah unggulan yang digagas Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Ia disambut hangat Kepala SMAN Bali Mandara I Nyoman Darta dan para tenaga pendidik, tenaga administrasi, serta sekitar 262 siswa sekolah yang berlokasi di Desa Kubutambahan.
Ia mengatakan, pihaknya sejak dulu ingin melakukan kunjungan kerja namun baru kali ini mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan seluruh jajaran di SMA/SMK Bali Mandara.
Pembangunan SMA/SMK Bali Mandara merupakan sebuah kebijakan yang sangat baik, dan berpihak dengan rakyat kurang mampu. Menolong dan membantu orang miskin adalah tindakan mulia. "Program itu adalah kebijakan luar biasa, dan sangat cerdas yang diambil oleh Gubernur. Satu satunya model pendidikan di Indonesia, semuanya serba gratis, disediakan asrama dan menggabungkan dua dimensi. Yaitu, dimensi pendidikan yang berkualitas untuk mencetak SDM dan generasi emas.
Dan dimensi kemanusiaan, memberikan kesempatan kepada siswa dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan. Kebijakan itu sejalan dengan ideologi kerakyatan PDI Perjuangan yang diajarkan Bung Karno, selalu berpihak kepada kaum marhaen," katanya.
Koster yang kini lebih dikenal dengan KBS (Koster Bali Satu) juga memberikan motivasi kepada siswa. Sebelum menjadi Legislator Senayan, dirinya juga berjuang dari bawah, karena berasal dari keluarga yang sangat kekurangan, hidup dibawah garis kemiskinan, di salah satu Desa Bali Age, Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Dia menceritakan harus melewati masa-masa sulit dan krisis untuk bersekolah, dari SD, SMP, SMA dan tahun 1981 berhasil tembus ke Institut Teknologi Bandung (ITB).
Waktu SMA, dia harus bekerja sebagai buruh cuci. "Apapun saya kerjakan, untuk mendapatkan uang demi sekolah," ujarnya.
Begitu pula saat nekat kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), dia juga berusaha sendiri dengan menulis dan menjual buku. Serta memberikan private les. "Sekali kunjungan dibayar lima ribu, empat kali pertemuan. Waktu itu saya memiliki empat anak didik, jadi sebulan mendapatkan Rp80 ribu," kenangnya.
Untuk itulah, Koster mengajak seluruh siswa SMA/SMK Bali Mandara meski dari keluarga miskin jangan lantas menjadi pesimis dan rendah diri. Justru
menjadi penyemangat untuk berjuang. Masih beruntung menurutnya, saat ini pemerintah memiliki kebijakan sekolah untuk siswa dari keluarga kurang mampu.
"Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, untuk menjadi anak didik yang berprestasi. Sabar, tekun dan jangan lupa berdoa agar Hyang Widhi senantiasa membukakan jalan, agar bisa melalui segala kesulitan. Jadilah anak yang bisa membanggakan bagi diri sendiri, keluarga serta bangsa dan negara,"tegasnya. Koster yang tiga periode duduk sebagai Badan Anggaran DPR ini siap memfasilitasi lulusan SMA/SMK Bali Mandara, yang melanjutkan pendidikan tinggi untuk mendapatkan bantuan pemerintah pusat melalui bantuan untuk siswa miskin berprestasi (bidikmisi).
Koster pada kesempatan tersebut sempat menepis isu, yang menyebutkan SMA/SMK Bali Mandara akan dihentikan bila dirinya jadi Gubernur. "Astungkara kalau saya jadi Gubernur, justru SMA/SMK Bali ini akan kita lanjutkan, kita kembangkan dan kita tingkatkan lagi termasuk cakupan dan kuota siswa.
Ini kebijakan bapak Gubernur yang harus dilanjutkan, ujar Koster yang kini dikenal dengan KBS (Koster Bali Satu). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016