Nusa Dua (Antara Bali) - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Niken Widiastuti mendorong media dan lembaga penyiaran Indonesia untuk lebih banyak mengangkat konten terkait keragaman dan multikultural.
"Kami dorong lembaga penyiaran mengangkat siaran berkaitan multikultural, keragaman dan Bhineka Tunggal Ika," kata Niken Widiastuti usai menyampaikan pidato sambutan pada World Broadcasting Union (WBU) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurut dia, konten yang mengedepankan keragaman dan multikultural diharapkan memberikan harmoni di tengah keragaman masyarakat Tanah Air sehingga tercipta perdamaian di dalam negeri.
Apalagi perkembangan teknologi saat ini juga menggeser perkembangan media menjadi "mediamorfosis" yakni transformasi media karena berkembangnya teknologi, politik, sosial dan masyarakat.
Tidak jarang, konten yang dibawakan dalam media sosial berisi hal-hal yang negatif dan mengandung ujaran kebencian bagi pihak-pihak tertentu sehingga konten keragaman dan multikultural menjadi salah satu penyeimbang dalam memberikan informasi kepada publik.
"Media yang semula 'mainstream' seperti televisi dan radio, mau tidak mau harus beradaptasi dengan transformasi dan perkembangan teknologi jadi harus membuat konten yang kreatif," ucap mantan Dirut RRI itu.
Terkait dengan Deklarasi Bali yang untuk pertama kalinya dihasilkan dalam Sidang Umum Asia-Pasific Broadcasting Union (ABU) ke-53, Niken mengapresiasi deklarasi tersebut karena terilhami dari keragaman dan multikultur Indonesia.
"Kami sangat memberikan apresiasi tinggi kepada ABU karena mengambil nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika yang masuk dalam 'Bali Declaration'. Ini juga akan diterapkan dan diadposi lembaga penyiaran kawasan Asia Pasifik," katanya. (DWA/ADT)
Editor TV : Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami dorong lembaga penyiaran mengangkat siaran berkaitan multikultural, keragaman dan Bhineka Tunggal Ika," kata Niken Widiastuti usai menyampaikan pidato sambutan pada World Broadcasting Union (WBU) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurut dia, konten yang mengedepankan keragaman dan multikultural diharapkan memberikan harmoni di tengah keragaman masyarakat Tanah Air sehingga tercipta perdamaian di dalam negeri.
Apalagi perkembangan teknologi saat ini juga menggeser perkembangan media menjadi "mediamorfosis" yakni transformasi media karena berkembangnya teknologi, politik, sosial dan masyarakat.
Tidak jarang, konten yang dibawakan dalam media sosial berisi hal-hal yang negatif dan mengandung ujaran kebencian bagi pihak-pihak tertentu sehingga konten keragaman dan multikultural menjadi salah satu penyeimbang dalam memberikan informasi kepada publik.
"Media yang semula 'mainstream' seperti televisi dan radio, mau tidak mau harus beradaptasi dengan transformasi dan perkembangan teknologi jadi harus membuat konten yang kreatif," ucap mantan Dirut RRI itu.
Terkait dengan Deklarasi Bali yang untuk pertama kalinya dihasilkan dalam Sidang Umum Asia-Pasific Broadcasting Union (ABU) ke-53, Niken mengapresiasi deklarasi tersebut karena terilhami dari keragaman dan multikultur Indonesia.
"Kami sangat memberikan apresiasi tinggi kepada ABU karena mengambil nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika yang masuk dalam 'Bali Declaration'. Ini juga akan diterapkan dan diadposi lembaga penyiaran kawasan Asia Pasifik," katanya. (DWA/ADT)
Editor TV : Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016