Amlapura (Antara Bali) - Desa Adat Komala menyelenggarakan "Karya Usaba Gede/Dangsil" setiap sepuluh tahun sekali. Upacara tersebut saat ini merupakan pertama kalinya, setelah 100 tahun tidak dilakukan, puncak acara Saniscara Pon Wuku Pahang Purnama Kapat tepatnya tanggal 15 Oktober 2016  mendatang di Pura Puseh Desa Adat Komala.

Hal itu disampaikan oleh Yjamana Karya I Wayan Putu ketika upacara "Pemahbahan Usaba Gede/Dangsil" dengan mementaskan tari sakral "Rejang" yang berjumlah 99 penari di Pura Puncaksari, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Selasa.

Yjamana Karya I wayan Putu mengatakan, upacara tersebut diyakini untuk mengucapkan syukur kepada "Betara Turun Kabeh" atau Tuhan Yang maha Esa, sebagai implementasi Tri Hita Karana.

Dalam hal tersebut "Betara Turun Kabeh" ada semua dewa atau betara ada di lingkungan Desa Adat Komala yakni Betara Khayangan Tiga, Khayangan Desa, Banjar dan Betara Pemaksan.

"Selama ini, telah diberikan kesejahteraan yang berlimpah sehingga terpenuhi kebutuhan sandang, papan dan pangan," ujar I Wayan Putu.  

Ia juga menyatakan, masyarakat selalu diberikan karunia "gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo" atau kekayaan alam yang berlimpah dan keadaan yang tenteram.

Yjamana Karya I Wayan Putu  mengharapkan, setiap karya masyarakat berhasil, tumbuhan tumbuh subur, padi terhindar dari hama. Serta tidak adanya perselihan antar masyarakat, terhindar dari bahaya dan berbagai bentuk kejahatan baik fisik dan non fisik.

Selain itu, sebagai ajang menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat Desa Adat Komala baik yang tinggal di lingkungan desa adat maupun di luar kota.

"Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk melestarikan tradisi dan budaya leluhur secara turun-temurun," ujar I Wayan Putu .

"Karya Usaba Gede/Dangsil" dilaksanakan atas kerja sama penduduk Desa Adat Komala yang berjumlah 867 Kepala Keluarga (KK) yang berlangsung sekitar sebulan.

Diawali dengan "Ngaturang Piuning" dan Ngagem Sekar pada tanggal 17 Agustus 2016. Serta ditutup dengan kegiatan "Nyepi Sipeng" di lingkungan Desa Adat Komala selama 24 jam pada tanggal 27 Oktober 2016.

Sarana upacara tersebut, berupa "banten dangsil" dengan membuat "dangsil" aneka warna (panca warna) tingkat 11 untuk pemujaan Dewa Siwa Guru, tingkat sembilan warna merah memuja Dewa Brahma, tingkat tujuh warna kuning memuja Dewa Mahadewa, tingkat lima warna putih memuja Dewa Iswara, tingkat tiga warna hitam memuja Dewa Wisnu dan tingkat satu untuk "taksu" guna memberikan "taksu" kepada masyarakat. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Wayan Artaya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016