Sosok pria berpenampilan sederhana itu, raut wajahnya masih menampakkan guratan bekas kerja keras dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang ditekuninya selama ini, di samping mengendalikan Korps Menwa Ugraçena Provinsi Bali
    
Bagus Ngurah Rai, BA.,SH., MBA., MM (59), pria kelahiran  Gaji, Dalung,  Kabupaten Badung, 23 Oktober 1957 dikenal sebagai sosok yang senang dalam kegiatan organisasi yang dilakoninya sejak masih duduk di bangku kuliah.
    
Anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan  Bagus Made Wena (alm) dan Ratu Ibu Ayu Sihsri (alm)  sejak tahun 1979 meniti karier dalam organisasi Menwa di Universitas Udayana, tempatnya mengenyam pendidikan.     Kariernya dari Kepala Seksi Operasional 1 yang membawahi Universitas Udayana dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) yang kini berubah menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu terus menanjak hingga Kepala Staf Menwa Ugracena Provinsi Bali (1981-1989).
    
Suami dari Dra Widhi Adnyani itu kini  dipercaya menjabat Ketua Korps Menwa Ugracena Provinsi Bali periode 2015-2019 yang pengukuhannya dilakukan Ketua Umum Pengurus Pusat Korps  Menwa Indonesia Ir Budiono Kartohadiprodjo di Monumen Perjuangan Bangsal  (MPB), pada Sabtu, 22 Februari 2015.
    
Ayah dari tiga putra masing-masing  dr Bagus Ngurah Mahasena Putra Awatara Sked, Bagus Ngurah Dharmasena Putra Awatara dan Bagus Ngurah Wirasena Putra Awatara Sked.
    
Dari ketiga putranya itu yang paling sulung telah membentuk rumah tangga dengan menantu dr Lia Paramita Sked dan telah dikaruniai seorang cucu Bagus Ngurah Aryajuna Awatara.
    
Bagus Ngurah Rai yang pernah menjabat Kepala Bidang Pemberitaan LPP RRI  Stasiun Denpasar, kepala LPP RRI Singaraja dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali itu dituntut untuk mampu mengantarkan  Menwa sebagai tauladan dalam semangat bela negara, sekaligus menjawab tantangan zaman.
    
Menwa sebagai mitra kerja dan pendamping TNI dituntut mampu menjadi tokoh dan contoh di  lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat, seperti yang ditekankan Pangdam IX Udayana  Mayjen TNI Torry  Johar  Banguntoro pada acara pelantikan kepengurusan  Korps Menwa  Ugracena Provinsi Bali periode 2015-2019.
    
Untuk itu Korps Menwa juga diharapkan ikut ambil bagian menjaga stabilitas keamanan, khususnya dalam lingkungan kampus, dengan mengenali dan mengetahui potensi ancaman.
    
Dengan demikian Menwa mempunyai peranan penting dalam menegakkan NKRI sesuai penekanan Presiden RI Joko Widodo.
     
Bagus Ngurah Rai dalam mengendalikan Menwa didampingi 35 orang untuk  berbagai jabatan, termasuk lima biro mengelola kepengurusannya itu secara profesional.

Kebersamaan dan kejujuran
    
Bagus Ngurah Rai yang pernah mengenyam jenjang pendidikan latihan dasar militer (1978/1979), kursus kader pelaksana Suskalak (1979/1980) dan kursus kader tingkat pimpinan (Suskapin) di Jakarta 1980/1981 itu dalam mengendalikan Menwa menerapkan prinsip jiwa karsa (persaudaraan), kebersamaan dan kejujuran.
    
Dengan prinsip kebersamaan dan kejujuran di antara para pengurus Menwa yang melibatkan sekitar 35 orang yang wilayahnya menjangkau delapan kabupaten dan satu kota di Bali kini membuahkan hasil yang cukup menggembirakan.
    
Hal itu terlihat dari pelaksanaan program dan  kegiatan selama ini dinilai lebih menonjol dibanding organisasi  serupa di daerah  lainnya di Indonesia.
    
Program dan kegiatan yang melibatkan siswa dan mahasiswa itu sepenuhnya atas prakarsa dan swadaya sendiri. Dengan demikian Menwa dari sejumlah daerah di Indonesia  banyak yang melakukan studi banding ke Bali.
    
Pendidikan bela negara  misalnya yang diintensifkan sejak Desember 2015 hingga kini telah menjangkau 2.797 siswa SMA dan kejuruan serta 570 siswa SMP di lima kabupaten yang meliputi Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung dan Kota Denpasar.
    
Sedangkan empat kabupaten lainnya yang meliputi Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem diharapkan segera terjangkau yang pelaksanaanya dilakukan bekerja sama dengan  DHD Angkatan 45 Provinsi Bali, Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPP) Provinsi Bali dan Monumen Perjuangan Bangsal  (MPB).
    
Pendidikan bela berlangsung selama dua-tiga hari itu  merupakan suatu terobosan baru untuk menanamkan nilai kecintaan  terhadap tanah air dan bangsa di tengah  merosotnya nilai-nilai moral dan karakter  generasi muda sekarang.
    
Materi dalam pendidikan bela negara antara lain menyangkut pendidikan Pancasila, wawasan kebangsaan, bela negara, disiplin perang militer, tata tertib, pertolongan pertama di lapangan, manajemen bencana lapangan,  psikologi  lapangan dan pendidikan kepemimpinan.
    
Selain itu juga berhasil  membangunan sebuah  monumen setinggi lima meter dilengkapi dengan patung Genesa dan lambang organisasi  setinggi 1,5 meter.  Pembangunan fisik di kompleks Momumen Perjuangan Bangsal  (MPB) Pertigaan Gaji,  Dalung Kabupaten  Badung rampung tahun 2015 itu dilengkapi 21 prasasti berbagai  kegiatan penting selama 50 tahun perjalanan Menwa.
    
Pembangunan fisik dengan sumber dana berasal dari swadaya organisasi itu berukuran  80 kali 80 sentimeter dengan  total tinggi 6,5 meter, berisi 21 prasasti selama setengah abad perjalanan Menwa sebagai  tempat untuk mengenang cita-cita, gerakan dan program Menwa dalam mempertahankan dan meneruskan nilai-nilai Tri Pusaka Bangsa.
    
Monumen yang diresmikan Rektor Unud  Prof. Dr. dr. Ketut  Suastika didampingi Ketua umum Manajemen MPB Dr Bagus Ngurah Putu Arthana Sp A (K) juga sebagai tempat perenungan sejarah tentang adanya eksistensi sebuah elemen bangsa yakni Menwa Ugracena yang tetap konsisten mengawal tegaknya NKRI  berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
    
Hal yang tidak kalah penting monumen tersebut sebagai tempat generasi baru Indonesia untuk menemukan identitas dirinya sebagai bangsa, yang dulunya bangsa ini dipertaruhkan oleh leluhur dengan tetesan darah," kata Didik Budi Wibowo. (*)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016