Surabaya (Antara Bali) - Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD, membantah dirinya
telah mengancam 5.109 guru besar yang tidak produktif.
"Ada yang bilang saya mengancam para guru besar itu, padahal rakyat yang membayar tunjangan kehormatan mereka dengan pajak, karena itu ya harus produktif," katanya di Surabaya, Sabtu (3/9).
Setelah memberi pembekalan dalam pengukuhan 1.013 mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), dia menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi kinerja para guru besar itu hingga akhir 2017.
"Kalau sampai akhir 2017 tidak produktif, maka tunjangan guru besarnya akan diberhentikan mulai tahun 2018," katanya mrngrnsi tunjangan yang besarannya dua kali dari gaji pokok itu.
Mengenai ukuran produktivitas seorang guru besar itu, Ghufron menjelaskan, tidak produktif berarti tak menghasilkan jurnal bertaraf internasional sama sekali.
"Mestinya, setidaknya satu profesor bisa menghasilkan satu publikasi dalam jurnal bertaraf nasional atau internasional per tahunnya," katanya.
Namun, pihaknya masih dalam proses evaluasi terkait hal itu.
"Jumlahnya itu tidak sampai 10 persen," katanya, merujuk jumlah guru besar yang dinilai tidak produktif.
Saat memberikan pengarahan kepada para mahasiswa baru Unusa, dia meminta mahasiswa untuk berorientasi ASEAN, termasuk mahasiswa Unusa.
"Jangan berorientasi Jawa Timur, apalagi hanya Surabaya, karena era MEA menuntut mahasiswa menjadi bagian dari 600 juta penduduk ASEAN, bukan 250 juta penduduk Indonesia," katanya.
Ke-1.013 mahasiswa baru yang dikukuhkan meliputi 211 mahasiswa FKIP, 165 mahasiswa Fakultas Kesehatan, 55 mahasiswa Fakultas Kedokteran, 493 mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, 29 mahasiswa Fakultas Teknik, dan 60 mahasiswa Fakultas Ekonomi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Ada yang bilang saya mengancam para guru besar itu, padahal rakyat yang membayar tunjangan kehormatan mereka dengan pajak, karena itu ya harus produktif," katanya di Surabaya, Sabtu (3/9).
Setelah memberi pembekalan dalam pengukuhan 1.013 mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), dia menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi kinerja para guru besar itu hingga akhir 2017.
"Kalau sampai akhir 2017 tidak produktif, maka tunjangan guru besarnya akan diberhentikan mulai tahun 2018," katanya mrngrnsi tunjangan yang besarannya dua kali dari gaji pokok itu.
Mengenai ukuran produktivitas seorang guru besar itu, Ghufron menjelaskan, tidak produktif berarti tak menghasilkan jurnal bertaraf internasional sama sekali.
"Mestinya, setidaknya satu profesor bisa menghasilkan satu publikasi dalam jurnal bertaraf nasional atau internasional per tahunnya," katanya.
Namun, pihaknya masih dalam proses evaluasi terkait hal itu.
"Jumlahnya itu tidak sampai 10 persen," katanya, merujuk jumlah guru besar yang dinilai tidak produktif.
Saat memberikan pengarahan kepada para mahasiswa baru Unusa, dia meminta mahasiswa untuk berorientasi ASEAN, termasuk mahasiswa Unusa.
"Jangan berorientasi Jawa Timur, apalagi hanya Surabaya, karena era MEA menuntut mahasiswa menjadi bagian dari 600 juta penduduk ASEAN, bukan 250 juta penduduk Indonesia," katanya.
Ke-1.013 mahasiswa baru yang dikukuhkan meliputi 211 mahasiswa FKIP, 165 mahasiswa Fakultas Kesehatan, 55 mahasiswa Fakultas Kedokteran, 493 mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, 29 mahasiswa Fakultas Teknik, dan 60 mahasiswa Fakultas Ekonomi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016