Buleleng (Antara Bali) - Nelayan Desa Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, tidak melaut karena dihadang gelombang tinggi dan angin kencang, sehingga hanya melakukan rutinitas biasa saja.

"Kami harus menunggu situasi gelombang normal kembali baru bisa memutuskan melaut," ujar seorang nelayan setempat Wayan Susila di Pantai Seririt, Buleleng, Rabu.

Menurut dia, situasi gelombang yang tinggi disertai angin kencang memang baru kali ini sangat membahayakan jika memaksakan diri melaut jelas dihadang musibah.

Ia menjelaskan, kalau situasi normal hasil melaut memang lumayan bisa untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak, bahkan bisa sedikit menyisakan uang untuk berjaga jaga saat tidak bisa melautcedera.

Ia menyatakan, dalam satu bulan hitungan 30 hari rata rata bisa melaut 15 hari dengan penghasilan rata rata Rp200 ribu sekali melaut, sehingga kalau dihitung satu bulan menghasilkan uang Rp3 juta.

"Kalau dihitung uangnya kelihatan banyak per bulannya, tetapi kenyataannya kami yang sudah menjadi nelayan turun temurun sejak dari para leluhur selalu saja hidup seadanya seperti ini," kata dia.

Pekerjaan sebagai nelayan perahu cukup berat karena orang awak perahu harus menyeberangi lautan sejauh 40 kilometer (km), hingga sampai di rumpon buatan yang sengaja dipasang sebagai tempat kami memasang jaring untuk menangkap ikan.

Sekali berangkat mulai subuh melibatkan dua perahu yaitu perahu besar diisi delapan awak dan perahu kecil yang khusus untuk mengangkut jaring di lokasi rumpon berisi empat awak setelah tiba di lokasi rumpon jaring.

"Terkadang juga sering tidak mendapatkan ikan sehingga tidak ada yang bisa dibagi, karena itu biasanya kami menabung uang di rumah atau ada juga teman teman menabung di benda lainnya," kata dia. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016