Badung (ANTARA) - Nelayan tradisional di kawasan Pantai Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali, memilih untuk tidak melaut akibat gelombang tinggi air laut yang terjadi beberapa hari terakhir di perairan sebelah selatan Pulau Bali.
"Kalau nelayan tradisional di pantai ini sejak dua hari yang lalu sudah tidak ada yang berani melaut karena gelombang tinggi," ujar petugas keamanan Badan Pengelola Kawasan Pariwisata Pesisir Kedonganan (BPKP2K), Wayan Rudana Putra di Badung, Jumat.
Saat ini tinggi gelombang laut di wilayah perairan mencapai lebih dari dua meter. Hal tersebut menurutnya sangat berbahaya dan berisiko bagi nelayan setempat yang menggunakan jukung atau perahu-perahu kecil.
Baca juga: Gempa sebabkan pejabat Buleleng berhamburan ke luar ruangan
"Kalaupun ada yang di tengah laut hanya kapal yang berukuran besar. Kalau untuk nelayan kami dengan kondisi saat ini sangat berbahaya bagi keselamatan mereka sehingga tidak ada yang melaut," katanya.
Wayan Rudana menambahkan, pada dua hari yang lalu, di kawasan tersebut juga terjadi pasang air laut yang cukup tinggi hingga mencapai sekitar zona penimbangan ikan.
"Dua hari yang lalu air pasang besar sekali, tidak ada aktivitas di pantai. Saat itu jukung dan perahu juga dipindahkan sementara agar tidak rusak terseret arus. Namun saat ini sudah mereda tidak separah kemarin," ungkapnya.
Baca juga: BMKG Denpasar: 27-28 Mei, waspadai fenomena banjir pesisir
Hadi, seorang nelayan setempat mengaku, kondisi gelombang laut saat ini memang sedang tidak bersahabat. Oleh karena itu ia bersama sejumlah rekannya memilih tidak melaut dan hanya melakukan aktivitas di pinggir pantai.
"Sekarang waktunya kami manfaatkan untuk memperbaiki jaring dan bagian-bagian kapal. Kalau memaksa melaut sangat berisiko," ujarnya.
Ia berharap, kondisi tersebut dapat segera berlalu dan gelombang laut kembali normal sehingga dirinya dapat bekerja mencari ikan kembali.
Baca juga: Gempa Magnitudo 4,8 guncang Lombok Utara-sebagian wilayah Bali
Sementara itu, prakirawan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Luh Eka Arisanti menjelaskan, kondisi gelombang laut tinggi di perairan selatan Pulau Bali terjadi akibat tekanan rendah di sebelah barat Australia.
Di wilayah itu, ia menjelaskan, terjadi peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang. Kemudian, terjadi penjalaran tinggi gelombang dari perairan barat Australia ke wilayah Indonesia bagian selatan Pulau Jawa, Bali serta Nusa Tenggara.
"Kejadian itu memicu kenaikan tinggi gelombang laut di wilayah selatan Bali dan bersamaan juga dengan dengan pasang surut air laut pada saat bulan baru. Kondisi ini diperkirakan akan terjadi hingga 3-5 hari kedepan," katanya