Gianyar (Antara Bali) - Sejumlah akademisi dari sejumlah Universitas di Indonesia dan Universitas Kyoto, Jepang yang tergabung dalam kegiatan Bali International Field School (BIFS) 2016 mengadakan penelitian terhadap sistem pengelolaan subak di Kabupaten Gianyar, Bali.
"Mereka akan berusaha menelaah bagaimana keberlanjutan subak di Kabupaten Gianyar, mengingat organisasi pengairan tradisional di Gianyar itu sudah mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia," kata Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Hasim Djojohadikusumo pada pembukaan BIFS yang dihadiri Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata di Puri Agung Gianyar, Kamis.
Hasim Djojohadikusumo mengatakan, hal itu merupakan kedua kalinya untuk melakukan penelitian subak di Kabupaten Gianyar.
Kegiatan penelitian tersebut akan dilaksanakan di Subak Nyuh Tebel, Ubud selama seminggu, 17-22 Agustus 2016.
Para peserta dalam kegiatan itu akan mendapatkan pengalaman yang berharga, mengingat dengan keberagaman budaya, dan karakter masyarakat yang bersahabat.
Hasim Djojohadikusumo mengharapkan kerja sama tersebut dapat dilakukan secara berkesinambungan, sekaligus subak dapat lebih bermanfaat, mengingat air merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat.
Bupati Gianyar Anak Agung Bharata mengatakan, menjadi sebuah kehormatan bagi Pemkab Gianyar mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah BIFS 2016.
Ini merupakan kesempatan baik untuk membangun hubungan dari sisi budaya antar negara yang berpartisipasi. Hal itu sejalan dengan komitmen Pemkab Gianyar untuk menjaga warisan pusaka budaya yang dimiliki Kabupaten Gianyar.
Bupati Agung Bharata mengharapkan, penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan sistem subak. Sebab seiring perkembangan zaman, peninggalan sejarah seni dan budaya mengalami ancaman.
"Saya harapkan melalui BIFS dapat menggugah kesadaran masyarakat akan keberadaan sistem irigasi di Bali yang dijiwai oleh konsep Tri Hita Karana," ujar Bupati Agung Bharata.
Bicara prestasi, lanjut Bupati Agung Bharata, masyarakat Gianyar telah menorehkan lima pencapaian dalam bidang seni budaya, yakni tumbuhnya SDM kreatif sebagai sumber dari maestro-maestro seni budaya, berkembangnya alam dan habitat di Kabupaten Gianyar sebagai sentra budaya peradaban Bali Tengah, Bali Kuno, Budaya Nasional, Budaya Modern, dan Multi Budaya.
Selain itu sejarah, identitas dan karakter Kabupaten Gianyar dijiwai oleh "taksu" dan nilai Tri Hita Karana, kemudian di Kabupaten Gianyar terdapat aneka museum terbesar yang mengenalkan nilai nilai sejarah seni budaya.
Demikian pula Gianyar telah mendeklarasikan sebagai Kota Pusaka. "Dengan berbagai kebanggaan tersebut, saya ajak masyarakat ikut mensakralkan apa yang telah ditinggalkan leluhur. Dan mendukung penuh segala upaya Pemkab dalam mempertahankan jati diri Kabupaten Gianyar," ujar Bupati Agung Bharata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Mereka akan berusaha menelaah bagaimana keberlanjutan subak di Kabupaten Gianyar, mengingat organisasi pengairan tradisional di Gianyar itu sudah mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia," kata Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Hasim Djojohadikusumo pada pembukaan BIFS yang dihadiri Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata di Puri Agung Gianyar, Kamis.
Hasim Djojohadikusumo mengatakan, hal itu merupakan kedua kalinya untuk melakukan penelitian subak di Kabupaten Gianyar.
Kegiatan penelitian tersebut akan dilaksanakan di Subak Nyuh Tebel, Ubud selama seminggu, 17-22 Agustus 2016.
Para peserta dalam kegiatan itu akan mendapatkan pengalaman yang berharga, mengingat dengan keberagaman budaya, dan karakter masyarakat yang bersahabat.
Hasim Djojohadikusumo mengharapkan kerja sama tersebut dapat dilakukan secara berkesinambungan, sekaligus subak dapat lebih bermanfaat, mengingat air merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat.
Bupati Gianyar Anak Agung Bharata mengatakan, menjadi sebuah kehormatan bagi Pemkab Gianyar mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah BIFS 2016.
Ini merupakan kesempatan baik untuk membangun hubungan dari sisi budaya antar negara yang berpartisipasi. Hal itu sejalan dengan komitmen Pemkab Gianyar untuk menjaga warisan pusaka budaya yang dimiliki Kabupaten Gianyar.
Bupati Agung Bharata mengharapkan, penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan sistem subak. Sebab seiring perkembangan zaman, peninggalan sejarah seni dan budaya mengalami ancaman.
"Saya harapkan melalui BIFS dapat menggugah kesadaran masyarakat akan keberadaan sistem irigasi di Bali yang dijiwai oleh konsep Tri Hita Karana," ujar Bupati Agung Bharata.
Bicara prestasi, lanjut Bupati Agung Bharata, masyarakat Gianyar telah menorehkan lima pencapaian dalam bidang seni budaya, yakni tumbuhnya SDM kreatif sebagai sumber dari maestro-maestro seni budaya, berkembangnya alam dan habitat di Kabupaten Gianyar sebagai sentra budaya peradaban Bali Tengah, Bali Kuno, Budaya Nasional, Budaya Modern, dan Multi Budaya.
Selain itu sejarah, identitas dan karakter Kabupaten Gianyar dijiwai oleh "taksu" dan nilai Tri Hita Karana, kemudian di Kabupaten Gianyar terdapat aneka museum terbesar yang mengenalkan nilai nilai sejarah seni budaya.
Demikian pula Gianyar telah mendeklarasikan sebagai Kota Pusaka. "Dengan berbagai kebanggaan tersebut, saya ajak masyarakat ikut mensakralkan apa yang telah ditinggalkan leluhur. Dan mendukung penuh segala upaya Pemkab dalam mempertahankan jati diri Kabupaten Gianyar," ujar Bupati Agung Bharata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016