Badung (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengimbau masyarakat untuk mengedepankan filosofi "menyama-braya" atau gotong royong dalam setiap mempersiapkan pelaksanaan ritual keagamaan.
"Manusia sebagai makhluk sosial, tentu tidak bisa hidup sendiri, melainkan harus hidup berdampingan dan saling menolong. Apalagi dalam mempersiapkan upacara yadnya (ritual keagamaan), sehingga pekerjaan menjadi ringan," kata Sudikerta saat menghadiri upacara Melaspas, Mendem Pedagingan dan Padudusan Agung di Pura Desa Jagapati, Badung, Rabu.
Selain itu, dia mengimbau masyarakat agar dalam pelaksanaan "yadnya" didasari atas penuh keyakinan atau dalam sastra agama Hindu dikenal dengan "sradha" sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan baik.
"Warga desa kami minta untuk mengedepankan sikap tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun, baik dari segi ucapan maupun perilaku. Sehingga setiap yadnya yang dilaksanakan berjalan dengan damai dan dinikmati oleh seluruh warga," ujar Sudikerta.
Dengan melaksanakan unsur-unsur tersebut, ia berharap karya Padudusan Agung ini dapat berjalan dengan lancar sampai akhir acara nanti.
Sementara itu, Kelian (pimpinan) Desa Jagapati I Nyoman Ardana, mengucapkan terima kasih atas kehadiran Sudikerta. Ia berharap, apa yang telah disampaikan dapat diresapi dengan baik oleh seluruh masyarakat Jagapati dan dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan yadnya yang lebih baik.
Dia menyampaikan puncak upacara tersebut akan dilaksanakan pada 27 September 2016. Terkait pendanaan upacara tersebut diperoleh dari iuran warga desa dari empat banjar (dusun) dengan jumlah penduduk 2.600 kepala keluarga.
Ardana berharap upacara tersebut dapat berjalan dengan lancar sampai pada puncaknya nanti dan memberikan keselamatan bagi warga setempat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Manusia sebagai makhluk sosial, tentu tidak bisa hidup sendiri, melainkan harus hidup berdampingan dan saling menolong. Apalagi dalam mempersiapkan upacara yadnya (ritual keagamaan), sehingga pekerjaan menjadi ringan," kata Sudikerta saat menghadiri upacara Melaspas, Mendem Pedagingan dan Padudusan Agung di Pura Desa Jagapati, Badung, Rabu.
Selain itu, dia mengimbau masyarakat agar dalam pelaksanaan "yadnya" didasari atas penuh keyakinan atau dalam sastra agama Hindu dikenal dengan "sradha" sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan baik.
"Warga desa kami minta untuk mengedepankan sikap tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun, baik dari segi ucapan maupun perilaku. Sehingga setiap yadnya yang dilaksanakan berjalan dengan damai dan dinikmati oleh seluruh warga," ujar Sudikerta.
Dengan melaksanakan unsur-unsur tersebut, ia berharap karya Padudusan Agung ini dapat berjalan dengan lancar sampai akhir acara nanti.
Sementara itu, Kelian (pimpinan) Desa Jagapati I Nyoman Ardana, mengucapkan terima kasih atas kehadiran Sudikerta. Ia berharap, apa yang telah disampaikan dapat diresapi dengan baik oleh seluruh masyarakat Jagapati dan dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan yadnya yang lebih baik.
Dia menyampaikan puncak upacara tersebut akan dilaksanakan pada 27 September 2016. Terkait pendanaan upacara tersebut diperoleh dari iuran warga desa dari empat banjar (dusun) dengan jumlah penduduk 2.600 kepala keluarga.
Ardana berharap upacara tersebut dapat berjalan dengan lancar sampai pada puncaknya nanti dan memberikan keselamatan bagi warga setempat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016