Jakarta (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia mendukung penuh operasi besar-besaran militer Filipina di Zulu yang selama ini menjadi basis kekuatan kelompok bersenjata pimpinan Abu Sayyaf.
"Filipina kita lihat sangat serius (membebaskan sandera berkewarganegaraan Indonesia) dengan mengadakan operasi besar-besaran di Zulu," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Jumat.
Ia berharap Filipina bertindak serius dalam upaya membebaskan 11 awak kapal berkebangsaan Indonesia yang disandera oleh Abu Sayyaf cs.
"Seperti beberapa kali pemerintah sampaikan, kita ingin membebaskan sandera secara 'G to G' (jalur pemerintahan)," katanya.
Wapres mengatakan tidak ingin pembebasan sandera tersebut melalui negosiasi yang justru bernuansa menambah masalah seperti membayar uang tebusan kepada kelompok penyandera.
"Memang semua ada risiko. Tapi risiko yang wajar yang akan kita ambil," ujarnya dalam konferensi pers rutin yang digelar setiap selesai shalat Jumat di kantor Wapres itu.
Dalam operasi di Zulu, Filipina mengerahkan hampir seluruh kekuatan matra udara dan darat.
Kasus terbaru dialami seorang WNI yang bekerja sebagai kapten kapal berbendera Malaysia, Herman bin Manggak (38) yang menambah jumlah sandera WNI kini menjadi 11 orang.
Dia diyakini diculik saat menangkap udang di perairan Kinabatangan-Sabah yang dekat perbatasan laut Filipina pada 3 Agustus. Ini merupakan penculikan kelima terhadap WNI dalam enam bulan terakhir. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Filipina kita lihat sangat serius (membebaskan sandera berkewarganegaraan Indonesia) dengan mengadakan operasi besar-besaran di Zulu," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Jumat.
Ia berharap Filipina bertindak serius dalam upaya membebaskan 11 awak kapal berkebangsaan Indonesia yang disandera oleh Abu Sayyaf cs.
"Seperti beberapa kali pemerintah sampaikan, kita ingin membebaskan sandera secara 'G to G' (jalur pemerintahan)," katanya.
Wapres mengatakan tidak ingin pembebasan sandera tersebut melalui negosiasi yang justru bernuansa menambah masalah seperti membayar uang tebusan kepada kelompok penyandera.
"Memang semua ada risiko. Tapi risiko yang wajar yang akan kita ambil," ujarnya dalam konferensi pers rutin yang digelar setiap selesai shalat Jumat di kantor Wapres itu.
Dalam operasi di Zulu, Filipina mengerahkan hampir seluruh kekuatan matra udara dan darat.
Kasus terbaru dialami seorang WNI yang bekerja sebagai kapten kapal berbendera Malaysia, Herman bin Manggak (38) yang menambah jumlah sandera WNI kini menjadi 11 orang.
Dia diyakini diculik saat menangkap udang di perairan Kinabatangan-Sabah yang dekat perbatasan laut Filipina pada 3 Agustus. Ini merupakan penculikan kelima terhadap WNI dalam enam bulan terakhir. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016