Denpasar (Antara Bali) - Bali dan sejumlah daerah di Indonesia kini berhasil memproduksi Efektive Microorganisme 4 (EM4) sebagai upaya mendukung pengembangan pertanian organik.
"EM 4 yang diproduksi dengan bahan-bahan ramah lingkungan untuk pengembangan pertanian dalam arti luas yakni tanaman pangan, hortikultura, perikanan, tambak dan usaha peternakan," kata Direktur Utama PT Karya Pak Oles Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M.Agr di Sanur, Denpasar, Jumat.
Di sela-sela mengikuti Pertemuan Internasional membahas berbagai perkembangan dan hambatan penerapan teknologi organik EM4 yang melibatkan sekitar 70 peserta utusan 17 negara dari 25 negara anggota, ia memaparkan manfaat dari EM4 pertanian.
EM4 yang diproduksi dengan proses ramah lingkugan berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman, menjaga kestabilan produksi serta memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat (bokashi).
Selain itu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.
"Saya sebagai perintis pengembangan EM4 di Bali dan di Indonesia sejak tahun 1990 atau 26 tahun yang silam dengan belajar dari Jepang," kata Ngurah Sididana yang mempunyai proyek percontohan bokashi lengkap untuk tanaman padi, palawija, perikanan, tambak dan usaha peternakan sapi dan unggas.
Dengan menggunakan EM4 dapat menghasilkan produk pangan yang berkualitas untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, menghasilkan produk pertanian yang berkesinambungan yang mudah dilakukan oleh setiap orang.
Selain itu dapat menjaga kelestarian alam, mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk dunia yang terus bertambah.
Teknologi EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang yang kini diterapkan secara meluas di berbagai negara di belahan dunia.
Prof Dr Teruo Higa mulai mengadakan penelitian tentang mikroorganisme pada tahun 1968 dibantu para mahasiswa. Tahn 1980 merekapitulasi hasil penelitian yang dilakukan selama 12 tahun di laboratorium dan kaji di lapangan selama dua tahun.
Temuan Prof Higa tentang EM sebagai sebuah teknologi yang bisa mengarah dan menunjuk pada berbagai dampak yang positif dan upaya dan kerja keras Prof Higa berbuah manis karena karena mendapat lampu hijau kepada seluruh dunia untuk menggunakan teknologi EM. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"EM 4 yang diproduksi dengan bahan-bahan ramah lingkungan untuk pengembangan pertanian dalam arti luas yakni tanaman pangan, hortikultura, perikanan, tambak dan usaha peternakan," kata Direktur Utama PT Karya Pak Oles Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M.Agr di Sanur, Denpasar, Jumat.
Di sela-sela mengikuti Pertemuan Internasional membahas berbagai perkembangan dan hambatan penerapan teknologi organik EM4 yang melibatkan sekitar 70 peserta utusan 17 negara dari 25 negara anggota, ia memaparkan manfaat dari EM4 pertanian.
EM4 yang diproduksi dengan proses ramah lingkugan berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman, menjaga kestabilan produksi serta memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat (bokashi).
Selain itu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.
"Saya sebagai perintis pengembangan EM4 di Bali dan di Indonesia sejak tahun 1990 atau 26 tahun yang silam dengan belajar dari Jepang," kata Ngurah Sididana yang mempunyai proyek percontohan bokashi lengkap untuk tanaman padi, palawija, perikanan, tambak dan usaha peternakan sapi dan unggas.
Dengan menggunakan EM4 dapat menghasilkan produk pangan yang berkualitas untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, menghasilkan produk pertanian yang berkesinambungan yang mudah dilakukan oleh setiap orang.
Selain itu dapat menjaga kelestarian alam, mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk dunia yang terus bertambah.
Teknologi EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang yang kini diterapkan secara meluas di berbagai negara di belahan dunia.
Prof Dr Teruo Higa mulai mengadakan penelitian tentang mikroorganisme pada tahun 1968 dibantu para mahasiswa. Tahn 1980 merekapitulasi hasil penelitian yang dilakukan selama 12 tahun di laboratorium dan kaji di lapangan selama dua tahun.
Temuan Prof Higa tentang EM sebagai sebuah teknologi yang bisa mengarah dan menunjuk pada berbagai dampak yang positif dan upaya dan kerja keras Prof Higa berbuah manis karena karena mendapat lampu hijau kepada seluruh dunia untuk menggunakan teknologi EM. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016