Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 300 pelajar setingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas dari 15 negara di Asia, Australia, Eropa dan Amerika akan mengikuti konferensi musik "Metode Bahasa Ibu" di Nusa Dua, Bali, 26-30 Juni 2016.
Ketua Asosiasi Musik Suzuki Indonesia (AMSI) Therese Wirakusuma di Nusa Dua, Bali, Kamis mengatakan kegiatan konferensi musik tersebut merupakan agenda Konferensi Musik Suzuki se-Asia Ke-6.
"Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah ajang tersebut, dan kesempatan yang baik untuk memperkenalkan kekayaan musik dan seni budaya yang sangat beragam kepada anak-anak dari berbagai negara," katanya.
Ia mengatakan setiap dua tahun sekali, negara yang berbeda di kawasan Asia menjadi tuan rumah kenferensi musik dengan mendatangkan ratusan anggota komunitas musik di kawasan tersebut. Sekaligus mempromosikan pembelajaran musik klasik dengan "Metode Bahasa Ibu".
Therese dengan ajang itu berbagai ide dan metode dalam lokakarya, berpartisipasi dalam konser dan kelas-kelas musik, serta menyelenggarakan acara seni budaya bersama komunitas lokal.
Therese menjelaskan pembelajaran musik dengan "Metode Bahasa Ibu" pertama kali ditemukan dan diperkenalkan oleh Dr Shinichi Suzuki (1898-1998), seorang guru biola asal Jepang, dan seorang filosof, musisi dan gurur musik internasional, serta pendiri "Talent Education Research Institute".
Menurut Therese, Suzuki telah menujukkan, bahwa anak-anak berusia tiga tahun sekali pun dapat belajar biola atau musik lainnya, sama halnya seperti mereka belajar bahasa bersama sang ibu atau ayahnya.
"Dengan semangat dan kasih sayang keluarga, lingkungan yang mendengarkan, serta tahapan yang teratur dalam berlatih, pentas dan mengulang repertori musik klasik, anak-anak akan bertumbuh dalam kehidupan yang seimbang dan harmoni sebagaimana musik yang bagus," ucap Therese didampingi wakilnya Stephen Cahyadi.
Avanti Fontana, seorang anggota panitia mengatakan metode pembelajaran Suzuki atau disebut juga pendidikan talenta berorientasi pertama-tama adalah pembentukan karakter generasi muda, setelah itu barulah kemampuan atau kompetensi sosialnya.
"Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran seni musik menjadi salah satu cara membangun dan membentuk karakter yang mulia, kreatif dan inovatif serta mampu menciptakan karya-karya baru," kata Avanti dosen Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Jakarta.
Avanti lebih lanjut mengatakan konferensi ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran metode Suzuki kepada komunitas musik di Asia dan Indonesia pada khususnya.
"Hal ini memfasilitasi pembangunan karakter kolaborasi dan mempromosikan penciptaan lingkungan yang positif bagi tumbuh dan kembangnya anak-anak generasi calon pemimpin masa depan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Ketua Asosiasi Musik Suzuki Indonesia (AMSI) Therese Wirakusuma di Nusa Dua, Bali, Kamis mengatakan kegiatan konferensi musik tersebut merupakan agenda Konferensi Musik Suzuki se-Asia Ke-6.
"Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah ajang tersebut, dan kesempatan yang baik untuk memperkenalkan kekayaan musik dan seni budaya yang sangat beragam kepada anak-anak dari berbagai negara," katanya.
Ia mengatakan setiap dua tahun sekali, negara yang berbeda di kawasan Asia menjadi tuan rumah kenferensi musik dengan mendatangkan ratusan anggota komunitas musik di kawasan tersebut. Sekaligus mempromosikan pembelajaran musik klasik dengan "Metode Bahasa Ibu".
Therese dengan ajang itu berbagai ide dan metode dalam lokakarya, berpartisipasi dalam konser dan kelas-kelas musik, serta menyelenggarakan acara seni budaya bersama komunitas lokal.
Therese menjelaskan pembelajaran musik dengan "Metode Bahasa Ibu" pertama kali ditemukan dan diperkenalkan oleh Dr Shinichi Suzuki (1898-1998), seorang guru biola asal Jepang, dan seorang filosof, musisi dan gurur musik internasional, serta pendiri "Talent Education Research Institute".
Menurut Therese, Suzuki telah menujukkan, bahwa anak-anak berusia tiga tahun sekali pun dapat belajar biola atau musik lainnya, sama halnya seperti mereka belajar bahasa bersama sang ibu atau ayahnya.
"Dengan semangat dan kasih sayang keluarga, lingkungan yang mendengarkan, serta tahapan yang teratur dalam berlatih, pentas dan mengulang repertori musik klasik, anak-anak akan bertumbuh dalam kehidupan yang seimbang dan harmoni sebagaimana musik yang bagus," ucap Therese didampingi wakilnya Stephen Cahyadi.
Avanti Fontana, seorang anggota panitia mengatakan metode pembelajaran Suzuki atau disebut juga pendidikan talenta berorientasi pertama-tama adalah pembentukan karakter generasi muda, setelah itu barulah kemampuan atau kompetensi sosialnya.
"Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran seni musik menjadi salah satu cara membangun dan membentuk karakter yang mulia, kreatif dan inovatif serta mampu menciptakan karya-karya baru," kata Avanti dosen Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Jakarta.
Avanti lebih lanjut mengatakan konferensi ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran metode Suzuki kepada komunitas musik di Asia dan Indonesia pada khususnya.
"Hal ini memfasilitasi pembangunan karakter kolaborasi dan mempromosikan penciptaan lingkungan yang positif bagi tumbuh dan kembangnya anak-anak generasi calon pemimpin masa depan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016