Buleleng (Antara Bali) - Kalangan nelayan di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, mengeluhkan minimnya hasil tangkapan ikan belakangan ini menyebabkan penurunan omzet hingga 50 persen.
"Jika sebelumnya dalam sekali melaut kami mendapatkan ikan hingga 50 kilogram sekali berangkat. Belakangan ini paling banyak hanya 25 kilogram saja," kata Gede Angga Saputra, salah seorang nelayan di daerah itu, Senin.
Dia mengemukakan, profesi sebagai nelayan lebih cenderung mengandalkan keberuntungan, terlebih lagi, sebagian besar dari mereka merupakan nelayan pancing yang hanya mengandalkan pancing sederhana.
Dikatakan pula, beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan di daerah itu seperti jenis ikan tongkol, tuna dan tompek. "Kadang juga dapat ikan-ikan kecil jenis pindang," ujar dia.
"Kadangkala sudah mendapatkan ikan pun sangat beruntung sekali. Beberapa hari terakhir bahkan istri saya selalu mengeluh karena hampir beberapa hari mendapat sedikit ikan. Paling banyak lima kilogram saja," imbuhnya.
Selain itu, dirinya juga harus memikirkan biaya bensin perahu motor. Dalam sekali melaut memakai total bensin hingga 15 liter dengan harga satuan per liter mencapai Rp6.450.
"Kadang kurang kadang pula lebih pakai bensin. Kalau tidak dapat ikan ya rugi pergi melaut. Kadang di laut sampai delapan jam. Berangkat pagi hari," katanya.
Akibat menurunnya jumlah tangkapan ikan, kata dia, menyebabkan penghasilannya pun semakin tidak menentu. "Dulu bisa berkecukupan. Bisa beli ini itu. Sekarang bersyukur sudah bisa cukup makan saja," tandasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Jika sebelumnya dalam sekali melaut kami mendapatkan ikan hingga 50 kilogram sekali berangkat. Belakangan ini paling banyak hanya 25 kilogram saja," kata Gede Angga Saputra, salah seorang nelayan di daerah itu, Senin.
Dia mengemukakan, profesi sebagai nelayan lebih cenderung mengandalkan keberuntungan, terlebih lagi, sebagian besar dari mereka merupakan nelayan pancing yang hanya mengandalkan pancing sederhana.
Dikatakan pula, beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan di daerah itu seperti jenis ikan tongkol, tuna dan tompek. "Kadang juga dapat ikan-ikan kecil jenis pindang," ujar dia.
"Kadangkala sudah mendapatkan ikan pun sangat beruntung sekali. Beberapa hari terakhir bahkan istri saya selalu mengeluh karena hampir beberapa hari mendapat sedikit ikan. Paling banyak lima kilogram saja," imbuhnya.
Selain itu, dirinya juga harus memikirkan biaya bensin perahu motor. Dalam sekali melaut memakai total bensin hingga 15 liter dengan harga satuan per liter mencapai Rp6.450.
"Kadang kurang kadang pula lebih pakai bensin. Kalau tidak dapat ikan ya rugi pergi melaut. Kadang di laut sampai delapan jam. Berangkat pagi hari," katanya.
Akibat menurunnya jumlah tangkapan ikan, kata dia, menyebabkan penghasilannya pun semakin tidak menentu. "Dulu bisa berkecukupan. Bisa beli ini itu. Sekarang bersyukur sudah bisa cukup makan saja," tandasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016