Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendorong para pengusaha di daerah itu untuk turut mengambil peluang dari rencana pembangunan bandara baru di Kabupaten Buleleng.
"Jadi pengusaha boleh siap-siap, apa yang harus dikerjakan di sana. Mari dihitung-hitung karena membangun itupun sekitar lima tahun," kata Pastika saat menyampaikan sambutan pada acara Rapat Pimpinan Kadin Bali, di Denpasar, Jumat.
Dia mengemukakan, pada bandara yang akan dibangun di atas laut di kawasan Kubutambahan, Buleleng itu, juga akan dilengkapi dengan fasilitas "power plant" atau pembangkit listrik, pengolahan air laut menjadi air bersih, pengembangan "aerocity" (kota bandara) dan sebagainya.
Pastika memprediksi bandara baru di kabupaten paling utara Bali itu baru bisa beroperasi sekitar 10 tahun ke depan, dengan harapan dapat menjaring 10 juta penumpang.
Menurut dia, untuk merealisasikan bandara tersebut membutuhkan waktu cukup lama karena harus melalui sejumlah tahapan dan mengantongi berbagai izin.
Awalnya, tambah dia, investor harus mengantongi izin lokasi, kemudian izin pelaksanaan, izin pemanfaatan, barulah izin mendirikan bangunan dan izin operasional.
"Jika tahun ini bisa mendapatkan izin lokasi dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka izin pemanfaatan akan keluar sekitar 2018. Pembangunannya kemungkinan lima tahun," ucapnya.
Pastika menambahkan, untuk mendukung bandara baru tersebut, juga harus dibangun "shortcut" atau jalan pintas untuk memperpendek waktu tempuh dari kawasan Bali selatan menuju utara.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Bali AAN Alit Wiraputra mengatakan persoalan infrastruktur khususnya bidang transportasi menjadi kendala utama dalam pemerataan pertumbuhan ekonomi Bali.
"Selama ini investasi masih menumpuk di Bali selatan karena masih ada kendala infrastruktur menuju kawasan Bali utara," ujarnya.
Oleh karena itu, Wiraputra mendorong agar investor tidak saja mencari keuntungan dari investasi di kawasan selatan. Tetapi diharapkan agar sedikit "beryadnya" atau berkorban dengan berinvestasi di kawasan Bali utara, timur dan barat.
"Ini yang terus kami dorong, minimal lima persen dari investasinya di selatan bisa diarahkan ke kawasan Bali lainnya," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Jadi pengusaha boleh siap-siap, apa yang harus dikerjakan di sana. Mari dihitung-hitung karena membangun itupun sekitar lima tahun," kata Pastika saat menyampaikan sambutan pada acara Rapat Pimpinan Kadin Bali, di Denpasar, Jumat.
Dia mengemukakan, pada bandara yang akan dibangun di atas laut di kawasan Kubutambahan, Buleleng itu, juga akan dilengkapi dengan fasilitas "power plant" atau pembangkit listrik, pengolahan air laut menjadi air bersih, pengembangan "aerocity" (kota bandara) dan sebagainya.
Pastika memprediksi bandara baru di kabupaten paling utara Bali itu baru bisa beroperasi sekitar 10 tahun ke depan, dengan harapan dapat menjaring 10 juta penumpang.
Menurut dia, untuk merealisasikan bandara tersebut membutuhkan waktu cukup lama karena harus melalui sejumlah tahapan dan mengantongi berbagai izin.
Awalnya, tambah dia, investor harus mengantongi izin lokasi, kemudian izin pelaksanaan, izin pemanfaatan, barulah izin mendirikan bangunan dan izin operasional.
"Jika tahun ini bisa mendapatkan izin lokasi dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka izin pemanfaatan akan keluar sekitar 2018. Pembangunannya kemungkinan lima tahun," ucapnya.
Pastika menambahkan, untuk mendukung bandara baru tersebut, juga harus dibangun "shortcut" atau jalan pintas untuk memperpendek waktu tempuh dari kawasan Bali selatan menuju utara.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Bali AAN Alit Wiraputra mengatakan persoalan infrastruktur khususnya bidang transportasi menjadi kendala utama dalam pemerataan pertumbuhan ekonomi Bali.
"Selama ini investasi masih menumpuk di Bali selatan karena masih ada kendala infrastruktur menuju kawasan Bali utara," ujarnya.
Oleh karena itu, Wiraputra mendorong agar investor tidak saja mencari keuntungan dari investasi di kawasan selatan. Tetapi diharapkan agar sedikit "beryadnya" atau berkorban dengan berinvestasi di kawasan Bali utara, timur dan barat.
"Ini yang terus kami dorong, minimal lima persen dari investasinya di selatan bisa diarahkan ke kawasan Bali lainnya," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016