Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali perannya meningkat sebesar 1,23 persen dari 99,67 persen pada bulan Maret 2016 menjadi 100,90 persen pada April 2016.

"Secara umum naiknya NTP subsektor perkebunan dipicu oleh indeks yang diterima petani (lt) naik sebesar 0,81 persen," kata Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Nyoman Subadri di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami penurunan sebesar 0,41 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang diterima petani meliputi kelapa, biji jambu mete dan kapas.

Pada sisi lain menurunnya indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,38 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,54 persen.

Nyoman Subadri menambahkan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor tersebut tiga di antaranya mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.

Ketiga subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas tanaman pangan sebesar 1,73 persen, subsektor peternakan 0,38 persen dan subsektor perikanan 0,16 persen.

Dua subsektor yang mengalami kenaikan selain subsektor perkebunan juga hortikultura sebesar 0,80 persen. NTP menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan.

Nilai tukar petani juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produk pertanian, ujar Nyoman Subadri. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016