Nusa Dua (Antara Bali) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengharapkan Indonesia memenangkan pariwisata di kawasan ASEAN dengan memaparkan tiga hal agar bisa unggul dibandingkan negara lain di kawasan regional.

Arief saat membuka Rapat Kerja Nasional Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) I tahun 2016 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu, menjelaskan bahwa hal pertama yang harus dikedepankan adalah semangat atau "spirit".

"Strategi saja tanpa semangat tak cukup. `Spirit` membuat kita menjadi hebat," katanya.

Ia mengajak semua pihak belajar dari negara lain seperti Thailand yang dinilainya sangat hebat dalam hal semangat memenangkan industri pariwisata.

Hal lain yang menjadi perhatian menurutnya adalah soliditas lintas sektor sehingga menimbulkan kekuatan yang bersatu.

"Mereka bersatu mulai dari maskapai, PHRI-nya Thailand dan paket wisata. Jadi, PHRI dengan pemerintah dan bisnis harus bersatu, solid kalau mau menang bersaing," imbuhnya.

Selain solid, hal kedua yang perlu diperhatikan jika ingin menang dalam persaingan industri pariwisata adalah kecepatan.

Dia menilai kelemahan yang selama ini dilakukan adalah lambat sehingga dalam konteks persaingan yang cepat akan memakan yang lambat padahal soal budaya, alam, dan keragaman Indonesia sangat bagus.

"Malaysia lebih kecil dari Indonesia tapi kita kalah dari mereka. Kami kalah dari Thailand yang lebih kecil. Bahkan kami kalah dari Singapura yang lebih kecil. Kita lambat," ucapnya.

Untuk itu, Arif meminta kepada PHRI untuk mendiskusikan regulasi yang dibutuhkan agar dimasukkan dalam paket kebijakan ekonomi ke-12.

"Mumpung mau dikeluarkan lagi kebijakan paket ekonomi ke-12 yang bisa mempercepat kita bersaing," katanya mengungkapkan.

Meski demikian, Arief mengakui jika lemahnya tingkat kecepatan bersaing Indonesia dengan negara lain lantaran kebijakan pemerintah juga.

"Tetapi `speed` itu karena pemerintah, regulasi. Saya juga pebisnis, jadi tahu. Kalau kita mau bersaing, aturan yang mengganggu harus diganti," katanya.

Dia mencontohkan aturan mengenai bebas visa kunjungan yang terbilang masih lebih lambat dibandingkan negara lain seperti Thailand dan Singapura. Indonesia kalah start dengan negara lain.

"Thailand dan Singapura itu lebih dari 150 negara yang bebas visa. Indonesia hanya 15 negara. Contoh lain kapal pesiar. Kalau mau masuk ke Indonesia minimal perlu waktu tiga minggu. Padahal di Thailand, Singapura dan Malaysia hanya satu jam," ucapnya.

Hal ketiga yang perlu dilakukan adalah "smart" alias kecerdasan dengan banyak belajar dari negara lain

"Apa yang dilakukan oleh Malaysia dan Singapura juga Thailand, meski mereka `musuh` kita tapi kita harus tahu. Banyak orang belajar dari kesalahannya sendiri. Tapi mari kita juga belajar dari kesalahan orang lain," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016