Buleleng (Antara Bali) - Kalangan petani wortel di Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali mengalami gagal panen akibat sebagian besar tanaman wortel diserang hama mengakibatkan hasil panen menurun hingga 50 persen lebih.

"Kali ini hanya bisa memanen empat kuintal (400 kg) wortel dari sebelumnya tujuh kuintal (700 kg) setelah tiga bulan merawatnya mulai dari saat tanam," kata Wayan Budiada, salah seorang petani di desa setempat, Kamis.

Ia mengatakan, wortel rusak banyak lubang-lubang tumbuh akar memanjang dan ada pula yang ditumbuhi hama berwarna putih. Wortel-wortel yang rusak itu tidak bisa dijual di pasar dan hanya bisa dijadikan makanan kelinci atau sapi ternak.

Dikatakan pula, hama yang menyerang ladang yakni serangan hama berupa ulat dan kupu-kupu saat musim hujan. Padahal sudah memberikan tanamannya itu pestisida untuk mengantisipasi dari serangan hama.

"Kalau musim hujan seperti ini hamanya banyak seperti ulat dan kupu-kupu. Pengobatannya satu minggu dua kali, kita pakai pestisida biar hamanya sedikit, tapi tetap saja masih rusak," katanya.

Sementara itu, Budiada bersama petani di Desa Pancasari sebagian masih bergantung dengan penggunaan pestisida. Alasannya karena pestisida lebih mudah untuk digunakan dan lebih bisa membunuh hama dibandingkan pupuk organik.

"Pestisida sudah biasa, karena kalau nggak pakai pestisida tidak mungkin bisa berhasil pertumbuhan tanamannya. Kalau pakai organik lebih ribet dan tidak bisa menangani hamanya. Untuk tanah kita tiap panen pakai pupuk kandang biar stabil dan tidak gersang sekali," ujarnya.

Di sisi lain, petani di Pancasari juga mengeluhkan banyak sayur-sayuran dari luar Bali yang dipasarkan di desanya dan sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan harga hasil pertanian di desanya menurun drastis.

Jika sebelumnya harga wortel Rp6.000 per kilogram, sejak empat bulan lalu harganya hanya Rp2.500 per kilogram. "Semua mengeluh, sebenarnya kalau bisa pakai lokalan dulu nggak perlu pakai yang dari luar dulu. Padahal di sini kan sentranya sayur-sayuran kok malam ambil dari Jawa," keluhnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016