Jakarta (Antara Bali) - Masa kehamilan boleh jadi merupakan salah satu
waktu terberat bagi perempuan, beberapa aktivitas yang biasanya menjadi
relaksasi mungkin merupakan hal yang tidak baik dilakukan saat hamil.
Dr Mary Kimmel dari Perinatal Psyhiatry Inpatient Unit di Fakultas Kedokteran Universitas Carolina Utara, seperti yang dikutip dari laman LiveScience, mengatakan ada beberapa hal yang membuat stres saat hamil, salah satunya berasal dari luar.
Misalnya, obrolan yang membuat perempuan khawatir tentang perkembangan janinnya atau ia merasa kehamilan berpengaruh pada hubungannya dengan pasangan.
Faktor dari dalam, seperti perubahan hormon juga berpengaruh pada stres saat hamil.
Hormon kortisol, atau yang dikenal sebagai hormon stres, meningkat saat hamil, kata Kimmel.
Hormon yang berkaitan dengan selera makan pun dapat berubah saat proses pencernaan.
Belum lagi tubuh yang mudah lelah atau nyeri di tulang belakang seiring usia kehamilan juga dapat membuat stres, kata Kimmel.
Bagaimana mengatasinya?
Waspada
Hal terpenting dalam menghadapi stres saat hamil adalah dengan mengenali pemicunya, pahami perubahan yang dapat meningkatkan stres. "Baik-baik ke diri sendiri," kata Kimmel.
Perempuan hamil, menurut dia, harus dapat memperlakukan diri dengan baik dan tidak menyesal di kemudian hari. Mengidam, misalnya, perempuan hamil sebaiknya paham dirinua bisa mengalami hal tersebut sewaktu-waktu.
Tidak mengapa, kata Kimmel, makan sesuatu yang diinginkan selama dalam batas wajar dan tidak menyesal setelahnya.
Berkonsultasi ke dokter selain untuk mendapatkan dukungan, juga untuk mempersiapkan mental. Kondisi depresi sebelum atau setelah melahirkan, menurut Kimmel, dapat diatasi.
Alternatif bersantai
Perempuan hamil harus menemukan aktivitas lainnya yang dapat membuat dirinya rileks, seperti latihan napas dalam atau membaca buku.
Ia harus menentukan prioritas aktivitas yang dapat membuatnya merasa santai, bila berjalan kaki ampuh, lakukan, kata Kimmel.
Menjaga diri tetap aktif menurut Kimmel dapat mengontrol stres. Penting bagi perempuan hamil menyediakan waktu untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Dr Mary Kimmel dari Perinatal Psyhiatry Inpatient Unit di Fakultas Kedokteran Universitas Carolina Utara, seperti yang dikutip dari laman LiveScience, mengatakan ada beberapa hal yang membuat stres saat hamil, salah satunya berasal dari luar.
Misalnya, obrolan yang membuat perempuan khawatir tentang perkembangan janinnya atau ia merasa kehamilan berpengaruh pada hubungannya dengan pasangan.
Faktor dari dalam, seperti perubahan hormon juga berpengaruh pada stres saat hamil.
Hormon kortisol, atau yang dikenal sebagai hormon stres, meningkat saat hamil, kata Kimmel.
Hormon yang berkaitan dengan selera makan pun dapat berubah saat proses pencernaan.
Belum lagi tubuh yang mudah lelah atau nyeri di tulang belakang seiring usia kehamilan juga dapat membuat stres, kata Kimmel.
Bagaimana mengatasinya?
Waspada
Hal terpenting dalam menghadapi stres saat hamil adalah dengan mengenali pemicunya, pahami perubahan yang dapat meningkatkan stres. "Baik-baik ke diri sendiri," kata Kimmel.
Perempuan hamil, menurut dia, harus dapat memperlakukan diri dengan baik dan tidak menyesal di kemudian hari. Mengidam, misalnya, perempuan hamil sebaiknya paham dirinua bisa mengalami hal tersebut sewaktu-waktu.
Tidak mengapa, kata Kimmel, makan sesuatu yang diinginkan selama dalam batas wajar dan tidak menyesal setelahnya.
Berkonsultasi ke dokter selain untuk mendapatkan dukungan, juga untuk mempersiapkan mental. Kondisi depresi sebelum atau setelah melahirkan, menurut Kimmel, dapat diatasi.
Alternatif bersantai
Perempuan hamil harus menemukan aktivitas lainnya yang dapat membuat dirinya rileks, seperti latihan napas dalam atau membaca buku.
Ia harus menentukan prioritas aktivitas yang dapat membuatnya merasa santai, bila berjalan kaki ampuh, lakukan, kata Kimmel.
Menjaga diri tetap aktif menurut Kimmel dapat mengontrol stres. Penting bagi perempuan hamil menyediakan waktu untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai. (WDY)
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016