Negara (Antara Bali) - Bencana tanah longsor merusak merajan (tempat sembahyang keluarga) milik Komang Ardita, warga Desa Yehembang Kangin, Kabupaten Jembrana, Kamis (11/2) sore.
"Tempat sembahyang ini baru dibangun dan sudah hampir selesai. Saat longsor, saya berada di dekatnya," kata Ardita, saat ditemui, Jumat.
Ia mengatakan, beberapa saat sebelum longsor, ia sempat tidur-tiduran di bawah bangunan tersebut, lalu bangun membuat kopi.
"Entah kenapa saya ingin membuat kopi. Saat saya baru melangkah, bangunan ini ambruk dan jatuh ke jurang," ujarnya.
Menurutnya, sebelum longsor, ia sudah melihat retakan di bangunan tersebut, dan sempat menutupnya agar tidak roboh.
Akibat kejadian ini ia mengaku, menderita kerugian Rp87 juta, dari biaya pembuatan tempat sembahyang tersebut.
Kepala Desa atau Perbekel Yehembang Kangin I Gede Suardika menduga, bangunan itu ambruk karena pondasinya kurang kuat, sehingga saat terjadi pergeseran dan gerusan tanah akibat musim hujan ikut ambruk.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tempat sembahyang ini baru dibangun dan sudah hampir selesai. Saat longsor, saya berada di dekatnya," kata Ardita, saat ditemui, Jumat.
Ia mengatakan, beberapa saat sebelum longsor, ia sempat tidur-tiduran di bawah bangunan tersebut, lalu bangun membuat kopi.
"Entah kenapa saya ingin membuat kopi. Saat saya baru melangkah, bangunan ini ambruk dan jatuh ke jurang," ujarnya.
Menurutnya, sebelum longsor, ia sudah melihat retakan di bangunan tersebut, dan sempat menutupnya agar tidak roboh.
Akibat kejadian ini ia mengaku, menderita kerugian Rp87 juta, dari biaya pembuatan tempat sembahyang tersebut.
Kepala Desa atau Perbekel Yehembang Kangin I Gede Suardika menduga, bangunan itu ambruk karena pondasinya kurang kuat, sehingga saat terjadi pergeseran dan gerusan tanah akibat musim hujan ikut ambruk.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016