Singaraja (Antara Bali) - Ratusan umat lintas agama berbagai wilayah di Kabupaten Buleleng, Bali ramai mengunjungi Kelenteng Ling Gwan Kiong, Kota Singaraja pada perayaaan tahun baru Imlek 2567.
"Pada dasarnya tempat beribadah kami memang terbuka untuk siapa saja yang ingin datang dan melakukan aktivitas," kata Ketua Majelis Rohaniawan Tri Dharma Buleleng, The Pik Hong di Singaraja, Bali, Senin.
Ia menjelaskan, kelenteng yang berlokasi di dalam areal objek wisata Eks Pelabuhan Buleleng, Kota Singaraja tersebut sudah berdiri sejak tahun 1873 silam dan sejak puluhan tahun selalu ramai dikunjungi masyarakat lintas agama.
Menurutnya, banyak kalangan masyarakat utamanya dari umat Hindu di daerah itu ikut melakukan prosesi persembahan dupa dan rangkaian bunga (canang sari) memohon berkah keselamatan, kesehatan dan kemakmuran.
"Bukan hanya umat Hindu saja, kadang kala juga ada dari umat lain di Bali Utara ini, utamanya yang ingin mengetahui ramalan nasib serta pengobatan khas Tionghoa," paparnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, perayaan Imlek pada dasarnya bukan hanya milik kalangan umat Tionghoa saja, tetapi juga semua kalangan umat manusia di seluruh dunia.
"Sesuai dengan beberapa prasasti digubah ke beberapa buku sejarah Tionghoa di Bali semua menyatakan seperti itu bahwa Imlek sebagai salah satu hari raya tradisional terbesar milik semua umat," tambahnya.
Sementara itu, ribuan warga keturunan Tionghoa di Bali bagian utara melakukan sembahyang malam tahun baru imlek pada (7/2) malam dengan mendatangi Klenteng Ling Gwan Kiong untuk memohon keselamatan dan kesejahteran di tahun baru pada "sio monyet api".
"Warga sejak malam sudah melakukan persembahyangan ke klenteng, dengan membawa dupa dan perlengkapan lainnya. Perayaan tahun baru Imlek tersebut adalah dirayakan semua umat di dunia dari keturunan Tionghoa. Jadi dalam perayaan ini tidak ada batas dalam kepercayaan (agama)," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Pada dasarnya tempat beribadah kami memang terbuka untuk siapa saja yang ingin datang dan melakukan aktivitas," kata Ketua Majelis Rohaniawan Tri Dharma Buleleng, The Pik Hong di Singaraja, Bali, Senin.
Ia menjelaskan, kelenteng yang berlokasi di dalam areal objek wisata Eks Pelabuhan Buleleng, Kota Singaraja tersebut sudah berdiri sejak tahun 1873 silam dan sejak puluhan tahun selalu ramai dikunjungi masyarakat lintas agama.
Menurutnya, banyak kalangan masyarakat utamanya dari umat Hindu di daerah itu ikut melakukan prosesi persembahan dupa dan rangkaian bunga (canang sari) memohon berkah keselamatan, kesehatan dan kemakmuran.
"Bukan hanya umat Hindu saja, kadang kala juga ada dari umat lain di Bali Utara ini, utamanya yang ingin mengetahui ramalan nasib serta pengobatan khas Tionghoa," paparnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, perayaan Imlek pada dasarnya bukan hanya milik kalangan umat Tionghoa saja, tetapi juga semua kalangan umat manusia di seluruh dunia.
"Sesuai dengan beberapa prasasti digubah ke beberapa buku sejarah Tionghoa di Bali semua menyatakan seperti itu bahwa Imlek sebagai salah satu hari raya tradisional terbesar milik semua umat," tambahnya.
Sementara itu, ribuan warga keturunan Tionghoa di Bali bagian utara melakukan sembahyang malam tahun baru imlek pada (7/2) malam dengan mendatangi Klenteng Ling Gwan Kiong untuk memohon keselamatan dan kesejahteran di tahun baru pada "sio monyet api".
"Warga sejak malam sudah melakukan persembahyangan ke klenteng, dengan membawa dupa dan perlengkapan lainnya. Perayaan tahun baru Imlek tersebut adalah dirayakan semua umat di dunia dari keturunan Tionghoa. Jadi dalam perayaan ini tidak ada batas dalam kepercayaan (agama)," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016