Bandarlampung (Antara Bali) - Proses orang meninggalkan keluarga demi
bergabung Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar diceritakan oleh Ary
Wibowo (24) yang sudah lima bulan tidak mendengar kabar dari ibu kandung
dan dua adiknya.
"Ibu kami, Yuliawaty (45), sudah pergi selama 5 bulan, diduga ikut Gafatar sebab sempat memaksa kami bergabung ke organisasi tersebut," kata Ary Wibowo (24), anak Yuliwaty, di Bandarlampung, Kamis.
Yuliawaty adalah pegawai negeri sipil di SD Negeri 1 Tanjungmas Makmur, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Yuliawaty diduga membawa dua adik Ary Wiboyo yaitu Nur Zulita Sari (12) dan Wira Hadi Kusuma (6).
Ary sudah melaporkan kasus hilangnya ibu kandung dan dua adiknya itu ke Polsek Mesuji hingga Polda Lampung.
Dia menduga mereka ikut Gafatar setelah menemukan buku saku Gafatar di rumah ibunya.
"Sebelum Ibu menghilang, sempat mengajak saya dan adik saya yang lain, yakni Ayu rahmadiana (21) dan Wahyu Agus Saputra (20). Namun, kami menolak. Terakhir sebelum beliau pergi, sempat memaksa Ayu bila tidak masuk Gafatar akan dihapus dari keluarga," kata dia lagi.
Awalnya, kata dia, ibunya mengenal Gafatar setelah berkenalan dengan seseorang bernama Harahap alias Supardi, warga Kabupaten Lampung Tengah.
Lelaki tersebut sering datang ke rumah dan mengajak ibunya pergi alasan bakti sosial serta membantu teman yang kecelakaan.
"Awalnya saya tidak menaruh curiga dengan perilaku ibu yang sering membantu orang dan ikut bakti sosial. Namun, lambat laun perilakunya berubah dari semula memakai jilbab berubah dengan melepasnya hingga rambutnya dipotong pendek," kata dia.
Ketika anaknya bertanya kenapa melepas jilbab, Yuliawaty hanya bilang karena panas.
Menurut Ary, perilaku ibunya makin berubah, terutama setelah menjual perabotan rumah serta sebidang tanah dengan total Rp180 juta.
"Ibu pun menjadi jarang salat, dan sering memarahi anaknya yang tidak ikut organisasi tersebut," katanya.
Setelah Idul Adha tahun lalu, Yuliawaty, Nur Zulita Sari, dan Wira Hadi Kusuma pergi meninggalkan rumah dan tak kembali hingga beberapa waktu kemudian tetangga memberi tahu Ary yang tinggal terpisah tentang hal itu.
"Ada yang lapor rumah kosong ditinggalkan ibu dan adik-adik, saya pun pulang ke Mesuji dan berusaha menghubungi beliau. Satu kali pernah dijawab ada di sekolah. Namun, sebenarnya Ibu sudah pergi lima hari. Setelah itu, telepon genggam miliknya mati sampai saat ini," kata dia.
"Kami berharap ibu dan dua adik saya bisa pulang berkumpul kembali di rumah sebab kami hanya memiliki satu orang tua, ayah kami telah meninggal dunia," katanya.
Sejumlah orang di Lampung dilaporkan telah pergi tanpa kabar oleh keluarganya kepada pihak kepolisian setempat. Diduga mereka bergabung dengan Gafatar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Ibu kami, Yuliawaty (45), sudah pergi selama 5 bulan, diduga ikut Gafatar sebab sempat memaksa kami bergabung ke organisasi tersebut," kata Ary Wibowo (24), anak Yuliwaty, di Bandarlampung, Kamis.
Yuliawaty adalah pegawai negeri sipil di SD Negeri 1 Tanjungmas Makmur, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Yuliawaty diduga membawa dua adik Ary Wiboyo yaitu Nur Zulita Sari (12) dan Wira Hadi Kusuma (6).
Ary sudah melaporkan kasus hilangnya ibu kandung dan dua adiknya itu ke Polsek Mesuji hingga Polda Lampung.
Dia menduga mereka ikut Gafatar setelah menemukan buku saku Gafatar di rumah ibunya.
"Sebelum Ibu menghilang, sempat mengajak saya dan adik saya yang lain, yakni Ayu rahmadiana (21) dan Wahyu Agus Saputra (20). Namun, kami menolak. Terakhir sebelum beliau pergi, sempat memaksa Ayu bila tidak masuk Gafatar akan dihapus dari keluarga," kata dia lagi.
Awalnya, kata dia, ibunya mengenal Gafatar setelah berkenalan dengan seseorang bernama Harahap alias Supardi, warga Kabupaten Lampung Tengah.
Lelaki tersebut sering datang ke rumah dan mengajak ibunya pergi alasan bakti sosial serta membantu teman yang kecelakaan.
"Awalnya saya tidak menaruh curiga dengan perilaku ibu yang sering membantu orang dan ikut bakti sosial. Namun, lambat laun perilakunya berubah dari semula memakai jilbab berubah dengan melepasnya hingga rambutnya dipotong pendek," kata dia.
Ketika anaknya bertanya kenapa melepas jilbab, Yuliawaty hanya bilang karena panas.
Menurut Ary, perilaku ibunya makin berubah, terutama setelah menjual perabotan rumah serta sebidang tanah dengan total Rp180 juta.
"Ibu pun menjadi jarang salat, dan sering memarahi anaknya yang tidak ikut organisasi tersebut," katanya.
Setelah Idul Adha tahun lalu, Yuliawaty, Nur Zulita Sari, dan Wira Hadi Kusuma pergi meninggalkan rumah dan tak kembali hingga beberapa waktu kemudian tetangga memberi tahu Ary yang tinggal terpisah tentang hal itu.
"Ada yang lapor rumah kosong ditinggalkan ibu dan adik-adik, saya pun pulang ke Mesuji dan berusaha menghubungi beliau. Satu kali pernah dijawab ada di sekolah. Namun, sebenarnya Ibu sudah pergi lima hari. Setelah itu, telepon genggam miliknya mati sampai saat ini," kata dia.
"Kami berharap ibu dan dua adik saya bisa pulang berkumpul kembali di rumah sebab kami hanya memiliki satu orang tua, ayah kami telah meninggal dunia," katanya.
Sejumlah orang di Lampung dilaporkan telah pergi tanpa kabar oleh keluarganya kepada pihak kepolisian setempat. Diduga mereka bergabung dengan Gafatar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016