Denpasar (Antara Bali) - Sosok perempuan Bali Anak Agung Ayu Ketut Agung mendapat apresiasi dalam penghargaan tingkat nasional, yakni "She Can! Award 2015".
"Saya meraih penghargaan tersebut karena dedikasi dan komitmen melestarikan budaya sekaligus pemberdayaan sosial yang dilakukan," katanya di Denpasar, Rabu.
Menurut pendiri Lembaga Kursus dan Pendidikan (LKP) Agung, penghargaan bergengsi tersebut sudah diterima, Jumat (4/12) di Grand Ballroom Hotel Pullman Central Park, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Anak Agung Ketut Agung hadir diantara 58 wanita inspiratif telah sukses mewujudkan perubahan yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tim juri menilai berdasarkan filosofi 3E yakni "Enlighten, Educate dan Empower".
"Ini merupakan suatu kebanggaan, sekaligus tantangan bagi saya untuk selalu konsisten berbuat untuk Bali," ucapnya.
Menurut dia, perempuan Bali sebenarnya sangat tangguh dan hebat. Di tengah runitas dan tanggung jawab sehari-hari di keluarga, banyak hal yang bisa dilalukan. Bahkan, melebihi kemampuan laki-laki pada umumnya.
Namun, kata dia, sistem patriarki yang kental di Bali masih memandang posisi perempuan sebelah mata. Dengan pemberdayaan sosial yang dilakukan olehnya di bidang tata rias untuk ikut melestarikan budaya Bali, diharapkan para perempuan tidak berkecil hati. Asalkan dilakukan secara sungguh-sungguh dan totalitas.
"Kuncinya ada pada semangat dan pengabdian tanpa pamrih, meskipun saat ini mustahil. Inilah yang kami lakukan di LKP Agung selama ini. Kami berjuang dan bergerak memberdayakan perempuan dan anak-anak terlantar melalui pembelajaran," katanya.
Anak Agung Ketut Agung berpesan kepada perempuan khususnya di Pulau Dewata, sekecil apa pun pengabdian di lingkungan, jika dilakukan secara terus menerus akan berdampak pada lingkungan.
Anak Agung Ketut Agung sebagai pendiri LKP Agung selama ini mendukung program gerakan "Ayo Kursus" dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khursus tersebut telah menamatkan 10.000 lebih perias yang tersebar di seluruh Tanah Air sejak tahun 1982. Ia juga memiliki komitmen besar dalam pelestarian budaya, khususnya tata rias tradisional Bali yang saat ini terus dikejar dengan tata rias modifikasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Saya meraih penghargaan tersebut karena dedikasi dan komitmen melestarikan budaya sekaligus pemberdayaan sosial yang dilakukan," katanya di Denpasar, Rabu.
Menurut pendiri Lembaga Kursus dan Pendidikan (LKP) Agung, penghargaan bergengsi tersebut sudah diterima, Jumat (4/12) di Grand Ballroom Hotel Pullman Central Park, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Anak Agung Ketut Agung hadir diantara 58 wanita inspiratif telah sukses mewujudkan perubahan yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tim juri menilai berdasarkan filosofi 3E yakni "Enlighten, Educate dan Empower".
"Ini merupakan suatu kebanggaan, sekaligus tantangan bagi saya untuk selalu konsisten berbuat untuk Bali," ucapnya.
Menurut dia, perempuan Bali sebenarnya sangat tangguh dan hebat. Di tengah runitas dan tanggung jawab sehari-hari di keluarga, banyak hal yang bisa dilalukan. Bahkan, melebihi kemampuan laki-laki pada umumnya.
Namun, kata dia, sistem patriarki yang kental di Bali masih memandang posisi perempuan sebelah mata. Dengan pemberdayaan sosial yang dilakukan olehnya di bidang tata rias untuk ikut melestarikan budaya Bali, diharapkan para perempuan tidak berkecil hati. Asalkan dilakukan secara sungguh-sungguh dan totalitas.
"Kuncinya ada pada semangat dan pengabdian tanpa pamrih, meskipun saat ini mustahil. Inilah yang kami lakukan di LKP Agung selama ini. Kami berjuang dan bergerak memberdayakan perempuan dan anak-anak terlantar melalui pembelajaran," katanya.
Anak Agung Ketut Agung berpesan kepada perempuan khususnya di Pulau Dewata, sekecil apa pun pengabdian di lingkungan, jika dilakukan secara terus menerus akan berdampak pada lingkungan.
Anak Agung Ketut Agung sebagai pendiri LKP Agung selama ini mendukung program gerakan "Ayo Kursus" dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khursus tersebut telah menamatkan 10.000 lebih perias yang tersebar di seluruh Tanah Air sejak tahun 1982. Ia juga memiliki komitmen besar dalam pelestarian budaya, khususnya tata rias tradisional Bali yang saat ini terus dikejar dengan tata rias modifikasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015