Denpasar (Antara Bali) - Wilayah pedesaan di Bali mengalami inflasi sebesar 0,41 persen selama bulan November 2015, sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi perdesaan tingkat nasional pada bulan yang sama tercatat 0,43 persen.

"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 30 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan tiga provinsi mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,89 persen dan inflasi terendah di Sulawesi Utara sebesar 0,01 persen.

Tiga provinsi lainnya di Indonesia yang mengalami deflasi meliputi Bangka Belitung 0,16 persen, Kalimantan Timur 0,06 persen dan Papua Barat 0,04 persen.

Panasunan Siregar menambahkan, hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan di Bali pada bulan November 2015 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen dari 104,91 persen pada bulan Oktober 2015 menjadi 105,41 persen pada bulan November 2015.

Hal itu berkat indeks yang diterima petani (Lt) mengalami kenaikan sebesar 0,84 persen dari 123,65 persen pada bulan Oktober 2015 menjadi 124,69 persen pada bulan November 2015.

Sedangkan sisi indeks yang dibayar petani (lb) juga mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen dari 117,85 persen menjadi 118,28 persen, ujar Panasunan Siregar.

Panasunan Siregar menjelaskan, dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas dua subsektor mengalami penurunan NTP yang meliputi subsektor peternakan 0,16 persen dan perikanan 0,41 persen.

Sedangkan tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan masing-masing tanaman pangan sebesar 0,47 persen, hortikultura 1,04 persen dan tanaman perkebunan rakyat 0,93 persen. (NWD)

Pewarta: Pewarta: IK Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015