Negara (Antara Bali) - Warga pesisir di beberapa desa Kabupaten Jembrana panen rumput laut alam, yang tahun ini jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Lumayan untuk menambah penghasilan. Apalagi hasil tangkapan ikan dengan menggunakan sampan lagi sepi," kata Samsul, salah seorang warga Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Senin.
Ia mengatakan, warga biasanya mencari rumput laut saat pagi dan sore hari, dimana pada waktu itu air laut surut, dengan meninggalkan serakan rumput laut di tepian.
Oleh mereka, rumput laut itu dijemur, yang setelah kering dengan ditandai warna berubah dari coklat tua ke merah, lalu dijual ke pengepul terdekat.
Menurutnya, saat ini harga rumput laut Rp2500 perkilogram, atau turun dari sebelumnya yang mencapai harga Rp3000.
"Biasalah, kalau sedang panen raya seperti ini harga pasti turun. Tidak apa-apa, yang penting dapat penghasilan tambahan," ujarnya.
Pantauan di sepanjang pantai dusun tersebut, puluhan warga mencari rumput laut baik yang berceceran di pasir, maupun dengan membawa sejenis jaring untuk menyaring rumput laut di perairan dangkal.
Nenek Sayu, salah seorang pencari rumput laut mengatakan, sekitar satu minggu terakhir, rumput laut yang dibawa ombak dari tengah cukup banyak, sehingga warga kewalahan mengumpulkannya.
"Saya hanya mencari di pinggir, tidak sampai masuk ke air. Itupun sudah kelelahan, karena banyaknya rumput laut yang datang," katanya.
Menurut Samsul dan Sayu, bulan-bulan ini memang waktunya rumput laut lepas dari karang dan hanyut mengikuti ombak.
Sumiana, salah seorang pengepul rumput laut mengatakan, pihaknya menjual rumput laut yang siap olah ke berbagai daerah, hingga Surabaya, Jakarta dan Madura.
Namun menurutnya, meskipun sari rumput laut asal Desa Pengambengan cukup banyak, saat diolah menjadi agar-agar gampang pecah, sehingga harus dicampur dengan rumput laut jenis lainnya.
"Itu yang membuat rumput laut asal sini susah diterima pabrik agar-agar besar, karena gampang pecah saat sudah diambil sarinya," katanya.
Ia mengatakan, meskipun satu jalur pantai, rumput laut di Desa Pengambengan dan Cupel, berbeda jenisnya dengan di Desa Banyubiru dan Air Kuning.
Menurutnya, rumput laut di Banyubiru dan Air Kuning lebih panjang dan lembut, yang meskipun lebih sedikit sarinya, tapi tidak mudah pecah saat jadi agar-agar.
"Pelanggan saya juga lebih senang rumput laut yang lebih lembut. Lagian, sebanyak-banyaknya rumput laut disini, jumlahnya tetap kalah dengan di Banyubiru. Kalau disini paling mencapai puluhan ton saat masa panen, sementara di sana bisa sampai ratusan ton," ujarnya.
Terkait harga ia mengaku, mengikuti perkembangan pasar, sehingga setiap saat bisa berubah saat membelinya dari warga.
Perempuan yang sudah puluhan tahun berbisnis rumput laut ini mengungkapkan, butuh kejelian dalam menilai rumput laut yang dibawa warga, agar tidak mengalami kerugian.
"Kadang banyak yang bercampur pasir. Selain itu, dari rumput laut yang dibawa warga dengan saat sudah diolah, beratnya bisa turun sangat banyak. Dari 100 kilogram, paling banyak saya hanya mendapatkan 30 kilogram saat diolah lebih lanjut," katanya.
Oleh Sumiana, rumput laut dari warga diproses dengan dicuci serta dijemur beberapa kali hingga berwarna putih, baru dikirim ke pelanggan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Lumayan untuk menambah penghasilan. Apalagi hasil tangkapan ikan dengan menggunakan sampan lagi sepi," kata Samsul, salah seorang warga Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Senin.
Ia mengatakan, warga biasanya mencari rumput laut saat pagi dan sore hari, dimana pada waktu itu air laut surut, dengan meninggalkan serakan rumput laut di tepian.
Oleh mereka, rumput laut itu dijemur, yang setelah kering dengan ditandai warna berubah dari coklat tua ke merah, lalu dijual ke pengepul terdekat.
Menurutnya, saat ini harga rumput laut Rp2500 perkilogram, atau turun dari sebelumnya yang mencapai harga Rp3000.
"Biasalah, kalau sedang panen raya seperti ini harga pasti turun. Tidak apa-apa, yang penting dapat penghasilan tambahan," ujarnya.
Pantauan di sepanjang pantai dusun tersebut, puluhan warga mencari rumput laut baik yang berceceran di pasir, maupun dengan membawa sejenis jaring untuk menyaring rumput laut di perairan dangkal.
Nenek Sayu, salah seorang pencari rumput laut mengatakan, sekitar satu minggu terakhir, rumput laut yang dibawa ombak dari tengah cukup banyak, sehingga warga kewalahan mengumpulkannya.
"Saya hanya mencari di pinggir, tidak sampai masuk ke air. Itupun sudah kelelahan, karena banyaknya rumput laut yang datang," katanya.
Menurut Samsul dan Sayu, bulan-bulan ini memang waktunya rumput laut lepas dari karang dan hanyut mengikuti ombak.
Sumiana, salah seorang pengepul rumput laut mengatakan, pihaknya menjual rumput laut yang siap olah ke berbagai daerah, hingga Surabaya, Jakarta dan Madura.
Namun menurutnya, meskipun sari rumput laut asal Desa Pengambengan cukup banyak, saat diolah menjadi agar-agar gampang pecah, sehingga harus dicampur dengan rumput laut jenis lainnya.
"Itu yang membuat rumput laut asal sini susah diterima pabrik agar-agar besar, karena gampang pecah saat sudah diambil sarinya," katanya.
Ia mengatakan, meskipun satu jalur pantai, rumput laut di Desa Pengambengan dan Cupel, berbeda jenisnya dengan di Desa Banyubiru dan Air Kuning.
Menurutnya, rumput laut di Banyubiru dan Air Kuning lebih panjang dan lembut, yang meskipun lebih sedikit sarinya, tapi tidak mudah pecah saat jadi agar-agar.
"Pelanggan saya juga lebih senang rumput laut yang lebih lembut. Lagian, sebanyak-banyaknya rumput laut disini, jumlahnya tetap kalah dengan di Banyubiru. Kalau disini paling mencapai puluhan ton saat masa panen, sementara di sana bisa sampai ratusan ton," ujarnya.
Terkait harga ia mengaku, mengikuti perkembangan pasar, sehingga setiap saat bisa berubah saat membelinya dari warga.
Perempuan yang sudah puluhan tahun berbisnis rumput laut ini mengungkapkan, butuh kejelian dalam menilai rumput laut yang dibawa warga, agar tidak mengalami kerugian.
"Kadang banyak yang bercampur pasir. Selain itu, dari rumput laut yang dibawa warga dengan saat sudah diolah, beratnya bisa turun sangat banyak. Dari 100 kilogram, paling banyak saya hanya mendapatkan 30 kilogram saat diolah lebih lanjut," katanya.
Oleh Sumiana, rumput laut dari warga diproses dengan dicuci serta dijemur beberapa kali hingga berwarna putih, baru dikirim ke pelanggan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015