Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan prihatin atas kondisi bangunan asrama bagi mahasiswa asal Bali yang ada di Makassar, Sulawesi Selatan dan mengusulkan renovasinya supaya dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
"Kondisi bangunan yang sudah lama dengan atap yang jebol itu kurang layak huni. Ada tiga opsi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu kerja sama dengan pihak ketiga, menyewakan, atau dijual. Kalau dijual susah, harus persetujuan DPRD dulu, opsi yang tersisa ya tinggal dua itu," kata Pastika setiba di Denpasar dari menghadiri kegiatan Munas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), di Makassar, Rabu.
Menurut Pastika, pada asrama yang berdiri di atas tanah seluas empat are itu bisa saja dikerjasamakan dengan pengelolanya pihak ketiga, selama pembagian pemasukannya dilakukan adil.
"Sedangkan untuk opsi menyewakan, penyewa bisa membangun kos-kosan misalnya, kelola dengan baik, yang penting sisakan beberapa kamar untuk anak-anak kita, dan jangan lupa kontribusi untuk Pemprov Bali harus ada," ucapnya.
Pemprov Bali untuk saat ini, ujar Pastika, belum bisa membantu. Selain terkendala tidak ada anggaran, aturan juga tidak membenarkan karena sampai saat ini status asrama masih hak guna pakai dari tanah yang dihibahkan oleh Pemprov Sulsel. Dengan demikian tidak ada anggaran untuk pemeliharaan aset.
Alokasi dana hibah juga dirasa sulit, karena aturan tidak membenarkan memberi hibah di luar Bali. "Ya cuma itu saja opsi, cari penyewa biar dikelola dengan baik," tandasnya.
Untuk mengurangi beban mahasiswa, Pastika berniat membantu renovasi gedung secara pribadi. Dia juga mengajak orang Bali yang tinggal di Makassar untuk gotong royong membantu.
"Untuk ke depan, mari kita pikirkan bersama, mudah-mudahan bisa dibantu melalui APBD, untuk sementara hanya itu yang bisa dibantu, tetap semangat belajar," pesan Pastika kepada para mahasiswa.
Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sulawesi Selatan, I Nyoman Supartha, menjelaskan bahwa gedung tersebut juga menjadi fokus pihaknya. Tetapi anggaran menjadi kendala sampai saat ini.
Dia menambahkan bahwa sejak Universitas Hassanudin dipindah ke kawasan lain, mahasiswa kurang berminat menempati asrama. "Mereka lebih tertarik mencari tempat tinggal di daerah dekat kampus," ucapnya.
Supartha mengemukakan selama ini pemuda Bali yang menempati asrama tidak dipungut biaya. Mereka biasanya hanya membayar iuran untuk biaya listrik dan perbaikan bagian bangunan yang rusak parah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kondisi bangunan yang sudah lama dengan atap yang jebol itu kurang layak huni. Ada tiga opsi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu kerja sama dengan pihak ketiga, menyewakan, atau dijual. Kalau dijual susah, harus persetujuan DPRD dulu, opsi yang tersisa ya tinggal dua itu," kata Pastika setiba di Denpasar dari menghadiri kegiatan Munas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), di Makassar, Rabu.
Menurut Pastika, pada asrama yang berdiri di atas tanah seluas empat are itu bisa saja dikerjasamakan dengan pengelolanya pihak ketiga, selama pembagian pemasukannya dilakukan adil.
"Sedangkan untuk opsi menyewakan, penyewa bisa membangun kos-kosan misalnya, kelola dengan baik, yang penting sisakan beberapa kamar untuk anak-anak kita, dan jangan lupa kontribusi untuk Pemprov Bali harus ada," ucapnya.
Pemprov Bali untuk saat ini, ujar Pastika, belum bisa membantu. Selain terkendala tidak ada anggaran, aturan juga tidak membenarkan karena sampai saat ini status asrama masih hak guna pakai dari tanah yang dihibahkan oleh Pemprov Sulsel. Dengan demikian tidak ada anggaran untuk pemeliharaan aset.
Alokasi dana hibah juga dirasa sulit, karena aturan tidak membenarkan memberi hibah di luar Bali. "Ya cuma itu saja opsi, cari penyewa biar dikelola dengan baik," tandasnya.
Untuk mengurangi beban mahasiswa, Pastika berniat membantu renovasi gedung secara pribadi. Dia juga mengajak orang Bali yang tinggal di Makassar untuk gotong royong membantu.
"Untuk ke depan, mari kita pikirkan bersama, mudah-mudahan bisa dibantu melalui APBD, untuk sementara hanya itu yang bisa dibantu, tetap semangat belajar," pesan Pastika kepada para mahasiswa.
Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sulawesi Selatan, I Nyoman Supartha, menjelaskan bahwa gedung tersebut juga menjadi fokus pihaknya. Tetapi anggaran menjadi kendala sampai saat ini.
Dia menambahkan bahwa sejak Universitas Hassanudin dipindah ke kawasan lain, mahasiswa kurang berminat menempati asrama. "Mereka lebih tertarik mencari tempat tinggal di daerah dekat kampus," ucapnya.
Supartha mengemukakan selama ini pemuda Bali yang menempati asrama tidak dipungut biaya. Mereka biasanya hanya membayar iuran untuk biaya listrik dan perbaikan bagian bangunan yang rusak parah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015