Bratislava, Slovakia (Antara Bali/AFP) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki Moon, Senin, mendesak negara-negara untuk memandang lebih dari hanya kepentingan nasional pada konferensi iklim dunia yang akan datang dan memperingatkan, "kita tidak punya planet 'B'(selain Bumi, red)."
Ban mengeluhkan pembicaraan global yang bertujuan membatasi perubahan iklim sejauh ini terbilang lambat dan mengecewakan karena para perunding memusatkan perhatian pada "sudut pandang nasional yang sempit."
Ia pun mendesak negara-negara anggota konferensi perubahan iklim di bawah naungan PBB (UNFCCC) bekerja lebih cepat. "Kita tidak memiliki rencana 'B' karena memang manusia tidak memiliki planet 'B' lainnya," katanya kepada wartawan di Bratislava, ibu kota Slovakia.
Konferensi yang lebih dikenal dengan Conference of Parties (COP 21) ini akan diselenggarakan pada 30 November sampai 11 Desember di Paris, dengan tujuan menjamin perjanjian gas rumah kaca yang membatasi suhu global di bawah dua derajat celsius.
"Konferensi Paris bukan tujuan, melainkan harus menjadi titik balik dalam upaya kami untuk mengatasi perubahan iklim," kata Ban yang menambahkan bahwa ia cukup optimistis bahwa perundingan akan berhasil.
Dorongan besar terakhir untuk kesepakatan iklim dunia muncul di Kopenhagen pada 2009. Proses kesepakatan hampir berakhir dengan kegagalan setelah negara-negara kaya dan negara miskin berselisih tentang cara membagi beban dalam mengatasi masalah perubahan iklim. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Ban mengeluhkan pembicaraan global yang bertujuan membatasi perubahan iklim sejauh ini terbilang lambat dan mengecewakan karena para perunding memusatkan perhatian pada "sudut pandang nasional yang sempit."
Ia pun mendesak negara-negara anggota konferensi perubahan iklim di bawah naungan PBB (UNFCCC) bekerja lebih cepat. "Kita tidak memiliki rencana 'B' karena memang manusia tidak memiliki planet 'B' lainnya," katanya kepada wartawan di Bratislava, ibu kota Slovakia.
Konferensi yang lebih dikenal dengan Conference of Parties (COP 21) ini akan diselenggarakan pada 30 November sampai 11 Desember di Paris, dengan tujuan menjamin perjanjian gas rumah kaca yang membatasi suhu global di bawah dua derajat celsius.
"Konferensi Paris bukan tujuan, melainkan harus menjadi titik balik dalam upaya kami untuk mengatasi perubahan iklim," kata Ban yang menambahkan bahwa ia cukup optimistis bahwa perundingan akan berhasil.
Dorongan besar terakhir untuk kesepakatan iklim dunia muncul di Kopenhagen pada 2009. Proses kesepakatan hampir berakhir dengan kegagalan setelah negara-negara kaya dan negara miskin berselisih tentang cara membagi beban dalam mengatasi masalah perubahan iklim. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015