Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Bali dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) peranannya sebesar 98,91 persen pada bulan September 2015, turun 0,26 persen dibanding bulan Agustus 2015 yang mencapai 99,17 persen.

"NTP-Pr kembali di bawah nilai 100 itu menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan petani dalam subsektor perkebunan lebih besar dari pendapatan yang diterima petani dari hasil perkebunannya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, secara umum menurunnya NTP subsektor perkebunan dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (Lt) sebesar 0,18 persen. Sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih besar yakni 0,44 persen.

Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,18 persen, sedang indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan lebih besar yakni 0,44 persen. Panasunan Siregar menjelaskan, beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang diterima petani antara lain kopi, kelapa dan kapas.

Di sisi lain kenaikan pada indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,07 persen.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, Made Suastika dalam kesempatan terpisah menjelaskan, perolehan devisa dari hasil perkebunan rakyat daerah ini mampu menembus angka 1,2 juta AS selama periode Januari-Agustus 2015, sebanyak 1,1 juta dolar diantaranya hasil perdagangan kakao dan sisanya dari kopi dan vanili dalam jumlah sedikit.

Besar perolehan devisa hasil perkebunan itu, berkat kakao hasil panenan masyarakat Bali semakin lancar memasuki pasar ekspor dan mampu menyalip perdagangan vanili dan kopi yang selama ini menjadi primadona ekspor hasil perkebunan Bali.

Ada tiga daerah yang mengembangkan tanaman kakao di Bali yakni petani di Kabupaten Tabanan seluas 5.063 hektare, menyusul Jembrana, 3.555 hektar, Buleleng 1.258 hektare sisanya di Badung, Klungkung, Bangli dan Karangasem. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015