Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali mengajak delapan perajin bambu dari Kabupaten Bangli untuk mengadakan studi banding ke sentra pengembangan kerajinan bambu di Jawa Timur.
"Studi banding itu berlangsung selama lima hari dengan harapan mampu meningkatkan wawasan, kreativitas, dan rancang bangun (desain) dalam meningkatkan mutu hasil kerajinan dari bahan baku bambu," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan bahwa studi banding perajin bahan baku bambu yang melibatkan delapan orang itu merupakan bagian dari 30 peserta perajin Bali yang mendapat kesempatan studi banding ke luar Bali, khususnya sentra-sentra pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Sebanyak 22 orang perajin lainnya, antara lain perajin gerabah yang mengadakan studi banding ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB); usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) mengadakan studi banding mengenai pengadaan bahan baku sutera ke Bogor, Jawa Barat.
Made Suastika menambahkan bahwa pihaknya dalam tahun ini juga melakukan pelatihan rancang bangun (desain) berbagai jenis usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga dengan harapan usaha kerajinan setempat mampu memenuhi selera konsumen di mancanegara.
"Melalui berbagai upaya itu, hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang menjadi tulang punggung perolehan ekspor nonmigas Bali makin meningkat pada masa mendatang," harap Made Suastika.
Bali mengekspor hasil kerajinan berbahan baku bambu sebanyak 4,32 juta unit (pcs) senilai 5,88 juta dolar AS selama delapan bulan periode Januari hingga Agustus 2015.
Kerajinan berbahan baku bambu yang menembus pasaran luar negeri itu, antara lain berupa tempat koran, bakul, topi berbentuk kerucut, dompet dan hiasan untuk kamar tamu rumah tempat tinggal maupun hotel.
Selain itu, juga ada berupa patung dan aneka jenis cendera mata lainnya yang dibuat dari akar bambu. Aneka jenis hasil kerajinan dari bahan baku bambu itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat, yakni 25,23 persen, menyusul Jepang 15,35 persen, Singapura 0,24 persen, Australia 6,98 persen,, Thailand 0,11 persen,, Jerman 2,79 persen, Hong Kong 0,10 persen,, Perancis 6,76 persen,, Spanyol 5,15 persen, dan Inggris 4,56 persen.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Studi banding itu berlangsung selama lima hari dengan harapan mampu meningkatkan wawasan, kreativitas, dan rancang bangun (desain) dalam meningkatkan mutu hasil kerajinan dari bahan baku bambu," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan bahwa studi banding perajin bahan baku bambu yang melibatkan delapan orang itu merupakan bagian dari 30 peserta perajin Bali yang mendapat kesempatan studi banding ke luar Bali, khususnya sentra-sentra pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Sebanyak 22 orang perajin lainnya, antara lain perajin gerabah yang mengadakan studi banding ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB); usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) mengadakan studi banding mengenai pengadaan bahan baku sutera ke Bogor, Jawa Barat.
Made Suastika menambahkan bahwa pihaknya dalam tahun ini juga melakukan pelatihan rancang bangun (desain) berbagai jenis usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga dengan harapan usaha kerajinan setempat mampu memenuhi selera konsumen di mancanegara.
"Melalui berbagai upaya itu, hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang menjadi tulang punggung perolehan ekspor nonmigas Bali makin meningkat pada masa mendatang," harap Made Suastika.
Bali mengekspor hasil kerajinan berbahan baku bambu sebanyak 4,32 juta unit (pcs) senilai 5,88 juta dolar AS selama delapan bulan periode Januari hingga Agustus 2015.
Kerajinan berbahan baku bambu yang menembus pasaran luar negeri itu, antara lain berupa tempat koran, bakul, topi berbentuk kerucut, dompet dan hiasan untuk kamar tamu rumah tempat tinggal maupun hotel.
Selain itu, juga ada berupa patung dan aneka jenis cendera mata lainnya yang dibuat dari akar bambu. Aneka jenis hasil kerajinan dari bahan baku bambu itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat, yakni 25,23 persen, menyusul Jepang 15,35 persen, Singapura 0,24 persen, Australia 6,98 persen,, Thailand 0,11 persen,, Jerman 2,79 persen, Hong Kong 0,10 persen,, Perancis 6,76 persen,, Spanyol 5,15 persen, dan Inggris 4,56 persen.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015