Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar dialog Sandyakala mengusung tema seputar Sastra Bali Modern dan Rancage.

"Dialog yang akan digelar Jumat petang (25/9) menampilkan dua pembicara yakni kritikus Prof. Dr. Nyoman Darma Putra, M.Litt dan sastrawan Dewa Gede Windhu Sancaya," kata Penata acara Bentara Budaya Bali Putu Aryastawa di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, kedua pembicara akan bertimbang perihal perkembangan sastra Bali modern dan upaya Yayasan Rancage pimpinan budayawan Ajip Rosidi, terutama terkait upaya medorong lahirnya karya-karya berbahasa Ibu, tak terkecuali bahasa Bali.

Hal itu berawal I Made Sanggra, sastrawan Bali pertama yang meraih hadiah Sastra Rancage pada tahun 1998, melalui kumpulan sajaknya bertajuk "Kidung Republik", serta penghargaan jasa diberikan kepada Nyoman Manda. Diikutkannya sastra Bali modern sebagai salah satu penerima hadiah Sastra Rancage oleh Ayip Rosidi kala itu turut membawa kehidupan sastra Bali memasuki babak baru.

Menurut Nyoman Darma Putra yang juga Guru Besar Sastra Indonesia di Universitas Udayana, hadiah Sastra Rancage merupakan salah satu pilar penting penunjang kehidupan sastra berbahasa Ibu di Indonesia, termasuk bahasa Bali.

"Jika tidak ada Hadiah Sastra Rancage, kemungkinan besar sastra Bali modern tumbuh tidak segayeng saat ini," ungkapnya.

Sejak lahirnya sastra Bali modern tahun 1910-an, sejarah sastra ini memiliki gap, kesenjangan, atau naik-turun karena sedikitnya karya dan sepinya peminat. Perjalanan sastra Bali modern yang terseok-seok itu boleh dikatakan berlangsung sampai tahun 1980-an.

Penulis-penulis Bali kian menyambut anugerah sastra Rancage lewat karya. Banyak yang kemudian menerbitkan buku-buku sastra seperti kumpulan puisi, cerpen, dan novel. Sejak tahun 2000, rata-rata buku sastra Bali modern yang terbit sekitar delapan judul. Walau kecil, tetapi buku-buku itu membuat perkembangan sastra Bali modern cukup stabil.

Setelah 17 tahun diikutkan sebagai penerima hadiah sastra Rancage, sudah ada 20-an sastrawan Bali modern yang meraih hadiah sastra Rancage, baik atas buku yang ditulisnya, maupun atas jasanya dalam pengembangan bahasa dan sastra Bali.

Beberapa nama yang dapat disebut antara lain; I Made Sanggra, Nyoman Manda, I Komang Beratha, I Ketut Rida, I Gde Darna, I Ketut Suwija, Jelantik Santha, IDK Raka Kusuma, I Gusti Putu Bawa Samar Gantang, Nyoman Tusthi Eddy, Dewa Gede Windhu Sancaya, I Made Taro, I Wayan Sadha (alm), Ida Bagus Darmasuta, I Wayan Westa dan I Made Sugianto.

"Para sastrawan Bali tersebut dan karya-karya yang diciptakan adalah tulang-punggung kehidupan sastra Bali modern," sebut Darma Putra.

Prof Darma Putra menyebutkan bahwa selama ini kehidupan sastra di Bali sejatinya bersifat heterogen, terdiri dari paling tidak tiga kategori sastra. Ketiganya hidup berdampingan dengan ranah berbeda-beda tetapi secara bersama-sama menyemarakkan kehidupan seni sastra di Bali.

Ketiga kategori sastra tersebut antara lain pertama sastra Indonesia dengan jenis novel, puisi, dan drama, kedua, sastra Bali yaitu sastra yang ditulis dalam bahasa Bali atau Jawa Kuna dalam bentuk-bentuk tradisional seperti geguritan, kidung, kakawin, serta ketiga sastra Bali modern, yaitu sastra yang ditulis dalam bahasa Bali namun bentuknya modern sama dengan bentuk-bentuk sastra Indonesia, seperti puisi, cerpen, novel, dan drama. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015