Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali berencana pada akhir September 2015 mengevaluasi jumlah penurunan luas panen dan luas tanam lahan padi yang terdampak kekeringan.

"Hingga akhir Agustus saja, lahan pertanaman padi yang terkena dampak kekeringan sudah lebih dari 856 hektare. Jumlah ini termasuk tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang sekitar 200-300 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Senin.

Menurut dia, dampak kekeringan yang terjadi tahun ini memang tidak seperti biasanya dan termasuk dalam siklus kekeringan lima tahunan.

"Akhir September ini akan kami evaluasi dan sudah pasti ada penurunan. Namun, jika November dan Desember ada hujan, itu akan kami kejar," ucapnya.

Wisnuardhana mengatakan, bibit dan pupuk sudah disiapkan untuk menebus kekurangan pada musim tanam Agustus dan September. "Tinggal ketika ada hujan maka serentak akan kami dorong untuk menebus kekurangan musim tanam dua bulan ini," ucapnya.

Dalam kondisi kekeringan saat ini, pihaknya tidak menyarankan para petani untuk mulai menanam karena jika dipaksakan sudah pasti kerugian akan menjadi lebih besar. "Petani kalau ada air, pasti menanam. Jika airnya tidak ada, tidak mungkin menanam," ujarnya.

Distan Bali sebelumnya mencatat hingga akhir Agustus 2015, sebanyak 856,35 hektare lahan pertanaman padi di Pulau Dewata mengalami kekeringan dengan intensitas ringan hingga berat dan gagal panen.

Total lahan sawah yang gagal panen (puso) seluas 140 hektare. Dari jumlah itu, mayoritas gagal panen terjadi di Kabupaten Buleleng yakni seluas 112,5 hektare dan sisanya di Kabupaten Badung (1 hektare), Karangasem (10 hektare), dan Jembrana (16,5 hektare).

Demikian juga dengan lahan sawah yang terkena dampak kekeringan dengan kategori ringan hingga berat juga terjadi di empat kabupaten tersebut.

Sedangkan untuk lahan sawah yang mengalami kekeringan dengan kategori ringan seluas 343,1 hektare, kekeringan sedang 239,75 hektare, dan kekeringan berat 133,5 hektare.

"Untuk yang puso akan diberikan kompensasi benih dan pupuk pada musim tanam 2016. Kalau sekarang kami berikan `kan belum diidentifikasi dimana detail subaknya, berapa yang terdampak dan juga kesiapan petani," kata Wisnuardhana. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015