Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) di Pertigaan Gaji, Dalung Kabupaten Badung, Bali menjadi saksi bisu dalam mengenang puncak Pertemuan Gerakan Bawah Tanah Perang Kemerdekaan RI di Bali, 16 Agustus 1945, atau 70 tahun silam.

Monumen yang kini berdiri kokoh di tempat bersejarah itu sebagai simbol adanya reaksi keras yang dilakukan para pejuang kemerdekaan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

MPB Dalung merupakan salah satu dari 132 monumen perjuangan di Bali, baik monumen peringatan bahwa di kawasan itu pernah terjadi perang atau monumen yang menandakan bahwa di daerah itu sebagai tempat bersejarah dalam perang kemerdekaan RI di Pulau Dewata, tutur Ketua Dewan Harian 1945 Provinsi Bali Prof Dr Wayan Windia.

MPB pernah direnovasi tahun 2007 oleh keluarga besar almarhum Bagus Made Wena. Bangsal adalah bangunan gudang untuk kopra dan gabah milik Bagus Made Wena yang dibangun pada tahun 1937 dan selesai tahun 1942.

Tatkala penjajah Jepang sedang merajalela di Bali, maka Bangsal tersebut digunakan kalangan pemuda pejuang untuk mengadakan pertemuan rahasia atau gerakan bawah tanah.

Pasukan pemuda yang bergerak di bawah tanah secara rutin bertemu di Bangsal untuk mengatur taktik dan strategi mengusir penjajah. Sel pemuda pejuang itu di antaranya ada pada pasukan PETA.

Pertemuan penting yang dilakukan di Bangsal adalah pada tanggal 16 Agustus 1945. Tujuannya untuk mengusir penjajah dan kendali pemerintahan dilakukan oleh bangsa sendiri. Namun, Jepang dengan licik membubarkan pasukan PETA dan senjatanya dilucuti.

Dengan demikian, pertemuan Bangsal menjadi buntu karena tidak ada senjata yang dapat diandalkan. Namun, berbagai pertemuan rahasia terus dilaksanakan di Bangsal, hingga Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai (Pak Rai) kembali dari Jawa dan mendarat di Gilimanuk, lalu ke Munduk Malang, dan memimpin perang puputan di Margarana, Kabupaten Tabanan.

Putra almarhum Bagus Made Wena, yakni Bagus Ngurah Rai dan Bagus Ngurah Putu Arhana, mengemukakan, pihaknya memutuskan dan bertekad untuk merenovasi bangunan yang bersejarah itu.

Dengan demikian diharapkan bangunan itu tetap memberikan sumbangannya bagi sejarah perjalanan bangsa ini. Diyakini bahwa generasi mendatang akan haus pada bukti otentik sejarah heroik perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Swadaya

Upaya renovasi MPB yang dilakukan secara swadaya itu diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada 16 Agustus 2008 pada masa jabatannya yang pertama.

Monumen tersebut dilengkapi dengan perpustakaan, radio komunitas, dan prasarana pendukung lainnya.

Bagus Ngurah Putu Arhana dan Bagus Ngurah Rai mengemukakan bahwa Rumah Bangsal adalah bagian sangat kecil dari nilai sejarah perang kemerdekaan di Bali.

"Namun, betapapun kecilnya, kami berharap dapat memberikan makna bagi Generasi Baru Indonesia di masa depan," ujar Putu Arhana.

Tempat itu pula kini menjadi objek wisata menarik karena jumlah kunjungan makin hari terus meningkat, seiring keinginan masyarakat untuk mengetahui bagaimana kiprah para pejuang dan kegiatan mereka di monumen dalam mempertahankan kemerdekaan pada masa penjajahan.

Korps Resimen Mahasiswa (Menwa) Indonesia Provinsi Bali juga membangunan sebuah monumen setinggi lima meter dilengkapi dengan patung Ganesha dan lambang organisasi 1,5 meter senilai Rp200 juta di kompleks Monumen Perjuangan Bangsal itu dilengkapi 21 prasasti berbagai kegiatan penting selama 50 tahun perjalanan Menwa.

Sumber dana tersebut berasal dari swadaya organisasi dan monumen tersebut akan diresmikan 16 Agustus 2015, tutur Ketua Panitia pembangunan monumen tersebut, Sjafruddin Mayang.

Pembangunan monumen tersebut berukuran 80 kali 80 sentimeter dengan tinggi total 6,5 meter. Monumen yang berisi 21 prasasti selama setengah abad perjalanan Menwa adalah sebagai tempat untuk mengenang cita-cita, gerakan, dan program Menwa dalam mempertahankan dan meneruskan nilai-nilai Tri Pusaka Bangsa.

Selain itu sebagai tempat perenungan sejarah tentang adanya eksistensi sebuah elemen bangsa yakni Menwa Ugracena yang tetap konsisten mengawal tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Hal yang tidak kalah penting monumen tersebut sebagai tempat generasi baru Indonesia untuk menemukan identitas dirinya sebagai bangsa, yang dulunya bangsa ini dipertaruhkan oleh leluhur dengan tetesan darah.

Monumen itu akan memiliki makna penting karena mencerminkan tekad Ugracena dalam mempertahankan Tri Pusaka Bangsa. Pembangunan itu mendapat prioritas dan mendesak, karena tidak banyak elemen bangsa memiliki kesadaran tentang sejarah perjuangan bangsa.

Menwa salah satu elemen masyarakat yang secara sadar menegaskan dirinya sebagai pewaris nilai-nilai bangsa. Hal itu telah dibuktikan dalam berbagai program yang telah dilaksanakan selama setengah abad, ujar Sjafruddin Mayang.(APP)

Pewarta: Pewarta : IK Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015