Denpasar (Antara Bali) - Calon pasangan Bupati Karangasem dari PDIP Wayan Sudirta- Ni Made Sumiati menyerahkan visi dan misi dalam pendaftaran ke KPU adalah ''Harmonis dan Sejahtera.''
Dengan visi seperti ini, secara tidak langsung kandidat bupati-wakil bupati dari PDIP ini menyandang kewajiban untuk menjaga kawasan suci pura sesuai "bhisama" atau fatwa lembaga PHDI khususnya tentang kawasan suci. Sebab, di Karangasem berdiri Sad Kahyangan Pura Besakih dan Pura Andakasa serta Dang Kahyangan Pura Lempuyang dan Pura Silayukti.
Menurut Calon Bupati Wayan Sudirta, harmonis yang dimaksud adalah yang sejalan konsep "Tri Hita Karana" , yakni keseimbangan antara bakti terhadap Ida Hyang Widhi Wasa/ Tuhan (Parahyangan), hubungan diantara sesama manusia (Pawongan), serta hubungan dengan alam lingkungan (Pawongan).
Sementara sejahtera yang dimaksud, selain yang bersifat ekonomi dan jasmaniah, berisi kebahagiaan rohaniah di dalamnya. Pemimpin Karangasem harus mampu membuat rakyatnya sejahtera secara material, tetapi tetap religius dan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan). Sebab, kalau rakyatnya tidak religius dan tidak lagi bakti, siapa yang merawat dan menjaga Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan yang diwariskan oleh para leluhur itu?
''Kami mencantumkan konsep ini, karena Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan yang ada di Karangasem ini mesti ditata sesuai dengan Bhisama PHDI agar kesucian kawasannya terjaga. Umat Hindu yang bakti kepada Ida Hyang Widhi mesti tetap difasilitasi agar mereka meneruskan baktinya dengan menjaga kesucian kawasan dan kesucian pura," kata Sudirta didampingi Cawabup Sumiati.
Dengan konsep inilah leluhur warga mengembangkan dan menjaga budaya Bali. Dan karena pariwisata yang bernafaskan budaya inilah masyarakat Bali membangun pariwisata berbasis budaya dan bisa hidup makmur.
"Untuk pengembangan ke depan, kita mesti mengundang investor yang selaras dengan konsep 'Tri Hita Karana', agar dalam kemakmuran itu bakti masyarakat kepada Tuhan tidak luntur,'' katanya,
Karenanya, kata Sudirta, Karangasem mesti siap bekerja sama dengan investor, sepanjang selaras dengan visi dan konsep pembangunan yang melestarikan lingkungan, sejalan dengan "Tri Hita Karana" dan bhisama-bhisama tentang kesucian kawasan.
''Cukup banyak investor yang visioner, menanamkan modalnya untuk keuntungan. Bukan hanya keuntungan jangka pendek, tetapi juga keuntungan jangka panjang yang didalamnya ada nilai rohaniah. Investor seperti ini percaya, bahwa ekonomi yang mengeksploitasi lingkungan, sangat merugikan secara rohaniah, selain merusak lingkungan,'' ucap mantan anggota DPD-RI dua periode itu.
Satu contoh kongkretnya, kandidat PDIP ini menyatakan penambangan galian C tidak bisa diabaikan. Sebab, potensi tambang tersebut cukup besar kontribusinya terhadap PAD. Selain itu, jasa kontruksi dan pembangunan di Bali membutuhkan material tambang ini.
''Yang penting adalah, menata dan mengupayakan penambangan galian C agar selaras dengan kelestarian lingkungan hidup. Walau tidak mungkin seperawan kawasan konservasi, namun agar dampaknya bisa dikendalikan, galian harus diimbangi rehabilitasi guna mencegah potensi bencana,'' ucapnya.
Sudirta dan Sumiati juga yakin, membangun ekonomi dalam kerangka "Tri Hita Karana", akan menghasilkan kesejahteraan sejati. Dalam setiap pendapatan per kapita yang meningkat, hasilnya tidak hanya perbaikan ekonomi, tetapi kebahagian rohaniah.
''Kami yakin sekali, rakyat Karangasem tidak bisa bahagia walaupun pendapatan per kapitanya meningkat, PAD-nya meningkat pesat, tetapi kawasan suci tercemar, dan tidak nyaman melaksanakan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi,'' kata Sudirta.
Mampukah Sudirta-Sumiati memikul tanggung jawab yang besar itu? ''Kami yakin tidak sendiri. Ada lembaga lain seperti PHDI dan para sulinggih yang sangat konsisten menjaga bhisama. Ada partai PDIP yang secara ideologis menghargai kebhinnekaan. Termasuk figur Ibu Megawati Soekarnoputri yang sangat mencintai budaya Bali termasuk tempat-tempat sucinya,'' kata Sudirta dan Sumiati.(I020)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Dengan visi seperti ini, secara tidak langsung kandidat bupati-wakil bupati dari PDIP ini menyandang kewajiban untuk menjaga kawasan suci pura sesuai "bhisama" atau fatwa lembaga PHDI khususnya tentang kawasan suci. Sebab, di Karangasem berdiri Sad Kahyangan Pura Besakih dan Pura Andakasa serta Dang Kahyangan Pura Lempuyang dan Pura Silayukti.
Menurut Calon Bupati Wayan Sudirta, harmonis yang dimaksud adalah yang sejalan konsep "Tri Hita Karana" , yakni keseimbangan antara bakti terhadap Ida Hyang Widhi Wasa/ Tuhan (Parahyangan), hubungan diantara sesama manusia (Pawongan), serta hubungan dengan alam lingkungan (Pawongan).
Sementara sejahtera yang dimaksud, selain yang bersifat ekonomi dan jasmaniah, berisi kebahagiaan rohaniah di dalamnya. Pemimpin Karangasem harus mampu membuat rakyatnya sejahtera secara material, tetapi tetap religius dan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan). Sebab, kalau rakyatnya tidak religius dan tidak lagi bakti, siapa yang merawat dan menjaga Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan yang diwariskan oleh para leluhur itu?
''Kami mencantumkan konsep ini, karena Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan yang ada di Karangasem ini mesti ditata sesuai dengan Bhisama PHDI agar kesucian kawasannya terjaga. Umat Hindu yang bakti kepada Ida Hyang Widhi mesti tetap difasilitasi agar mereka meneruskan baktinya dengan menjaga kesucian kawasan dan kesucian pura," kata Sudirta didampingi Cawabup Sumiati.
Dengan konsep inilah leluhur warga mengembangkan dan menjaga budaya Bali. Dan karena pariwisata yang bernafaskan budaya inilah masyarakat Bali membangun pariwisata berbasis budaya dan bisa hidup makmur.
"Untuk pengembangan ke depan, kita mesti mengundang investor yang selaras dengan konsep 'Tri Hita Karana', agar dalam kemakmuran itu bakti masyarakat kepada Tuhan tidak luntur,'' katanya,
Karenanya, kata Sudirta, Karangasem mesti siap bekerja sama dengan investor, sepanjang selaras dengan visi dan konsep pembangunan yang melestarikan lingkungan, sejalan dengan "Tri Hita Karana" dan bhisama-bhisama tentang kesucian kawasan.
''Cukup banyak investor yang visioner, menanamkan modalnya untuk keuntungan. Bukan hanya keuntungan jangka pendek, tetapi juga keuntungan jangka panjang yang didalamnya ada nilai rohaniah. Investor seperti ini percaya, bahwa ekonomi yang mengeksploitasi lingkungan, sangat merugikan secara rohaniah, selain merusak lingkungan,'' ucap mantan anggota DPD-RI dua periode itu.
Satu contoh kongkretnya, kandidat PDIP ini menyatakan penambangan galian C tidak bisa diabaikan. Sebab, potensi tambang tersebut cukup besar kontribusinya terhadap PAD. Selain itu, jasa kontruksi dan pembangunan di Bali membutuhkan material tambang ini.
''Yang penting adalah, menata dan mengupayakan penambangan galian C agar selaras dengan kelestarian lingkungan hidup. Walau tidak mungkin seperawan kawasan konservasi, namun agar dampaknya bisa dikendalikan, galian harus diimbangi rehabilitasi guna mencegah potensi bencana,'' ucapnya.
Sudirta dan Sumiati juga yakin, membangun ekonomi dalam kerangka "Tri Hita Karana", akan menghasilkan kesejahteraan sejati. Dalam setiap pendapatan per kapita yang meningkat, hasilnya tidak hanya perbaikan ekonomi, tetapi kebahagian rohaniah.
''Kami yakin sekali, rakyat Karangasem tidak bisa bahagia walaupun pendapatan per kapitanya meningkat, PAD-nya meningkat pesat, tetapi kawasan suci tercemar, dan tidak nyaman melaksanakan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi,'' kata Sudirta.
Mampukah Sudirta-Sumiati memikul tanggung jawab yang besar itu? ''Kami yakin tidak sendiri. Ada lembaga lain seperti PHDI dan para sulinggih yang sangat konsisten menjaga bhisama. Ada partai PDIP yang secara ideologis menghargai kebhinnekaan. Termasuk figur Ibu Megawati Soekarnoputri yang sangat mencintai budaya Bali termasuk tempat-tempat sucinya,'' kata Sudirta dan Sumiati.(I020)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015