Denpasar (Antara Bali) - Sentral Komunitas Mahasiswa Universitas Warmadewa menggelar diskusi terbatas bertema "Sejuta Masalah Bangsa Satu Solusi" di kampus Jalan Terompong, Denpasar, yang dijadwalkan berlangsung Sabtu (16/10) pukul 09.00 Wita.

Sekretaris Jenderal Sentral Komunitas Mahasiswa Universitas Warmadewa (Sekom Unwar) I Made Wimas Candranegara, Jumat menjelaskan, diskusi tersebut menghadirkan pembicara Sunarto, seorang perwira TNI AD berpangkat letnan kolonel yang bertugas pada Rindam IX/Udayana di Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.

Letkol Sunarto yang menjabat Kepala Bagian Penididikan Rindam IX/Udayana itu beberapa bulan lalu berhasil mendapatkan hak cipta atas karyanya berupa rekaman buku video berjudul "Dokumen Nusantara, Sejuta Masalah Bangsa Satu Solusi".

Hak cipta tersebut diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM yang masuk daftar umum ciptaan dengan nomor pendaftaran 045163 dan masa berlaku 50 tahun. Penerbitan tersebut didasarkan permohonan Letkol Sunarto dengan registrasi No.C00200802737 sejak 31 Juli 2008 dan terkabul sekitar dua tahun kemudian.

"'Video book' tersebut memaparkan permasalahan yang diakibatkan oleh belum adanya visi dan misi bangsa. Kami melihat dari sisi berbagai permasalahan saat ini. Karena itu bisa sejalan untuk didiskusikan bersama dengan mengundang berbagai kalangan," kata Wimas Candranegara.

Menurut dia, diskusi yang direncanakan dibuka oleh Rektor Universitas Warmadewa Prof Dr I Made Sukarsa, SE itu, juga akan menghadirkan Drs I Made Suantina, MSi, salah seorang dosen ilmu pemerintahan Unwar, yang akan turut mengarahkan fokus bahasan.

Penyelenggaraan diskusi dalam upaya turut mencari solusi atas berbagai permasalahan bangsa tersebut, didukung oleh DPD FKPPI dan Generasi Muda FKPPI Provinsi Bali, serta Perum LKBN Antara Biro Bali.

Sementara Letkol Sunarto yang kelahiran Tanjung Karang, Lampung, 18 November 1966, menjelaskan, karyanya itu memaparkan perjalanan kepemimpinan Indonesia yang setiap berganti presiden juga akan berganti kebijakan.

Akibatnya, apa yang telah dibangun oleh pemimpin terdahulu, seolah tiada guna. "Atas dasar keprihatinan itu, saya di sela-sela waktu dinas mencoba menyusun naskah untuk rekaman video yang berisi pentingnya disusun visi bangsa sebagai dasar dalam membangun negeri ini," katanya.

Dalam penutup buku video berdurasi 38 menit itu dipaparkan kata-kata, "Dulu negara-negara merdeka telah menginspirasi kita untuk keluar dari belenggu penjajahan. Akhirnya kita merdeka. Hal itu pun menginspirasi Malaysia, yang merdeka 12 tahun kemudian, pada 31 Agustus 1957".

Kemudian, kini, negara-negara maju stabil dalam pemerintahan dan perekonomian. Hal itu menginspirasi Malaysia untuk merumuskan visi bangsanya pada 2005. "Dulu Malaysia belajar pada Indonesia, namun kini dalam proses perumusan visi bangsa, tidak ada salahnya kalau kita belajar dari Malaysia".(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010