Kuta (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengimbau masyarakat di daerah itu agar memprioritaskan penggunaan buah lokal dalam sarana ritual keagamaan.
"Hal ini untuk melestarikan buah lokal yang ada di daerah kita sehingga saya harapkan masyarakat dapat membudayakan penggunaan buah lokal," kata Sudikerta saat menghadiri ritual "Mapadudusan Agung lan Mumpuk Pedagingan" di Pura Dalem Kahyangan dan Prajapati Desa Kedonganan, Kuta, Kabupaten Badung, Kamis.
Menurut dia, akan lebih baik lagi kalau buah lokal yang digunakan itu merupakan hasil panen sendiri.
"Masyarakat Bali hendaknya tidak selalu mengonsumsi buah-buahan impor," ujarnya.
Apalagi, tambah Sudikerta, sudah ada Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Buah Lokal, yang sejauh ini implementasinya belum berjalan optimal.
Di sisi lain, mantan Wakil Bupati Badung itu juga menyampaikan rasa syukurnya atas upacara atau ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Kedonganan.
"Upacara `yadnya` ini harus dilakukan sebagai sujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) agar tercipta kesejahteraan alam lingkungan dan masyarakat juga dalam melakukan hal apa pun dapat berjalan lancar," ucapnya.
Sudikerta juga berpesan pada masyarakat Kedonganan agar melakukan ritual persembahan secara tulus ikhlas serta menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing agar semua masyarakat bisa merasakan persembahyangan dengan sukacita.
"Khususnya pada umat di sini, kami harapkan dalam melaksanakan `yadnya` atau membuat persembahan tidak jor-joran, tetapi menyesuaikan dengan kemampuan masyarakat," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Hal ini untuk melestarikan buah lokal yang ada di daerah kita sehingga saya harapkan masyarakat dapat membudayakan penggunaan buah lokal," kata Sudikerta saat menghadiri ritual "Mapadudusan Agung lan Mumpuk Pedagingan" di Pura Dalem Kahyangan dan Prajapati Desa Kedonganan, Kuta, Kabupaten Badung, Kamis.
Menurut dia, akan lebih baik lagi kalau buah lokal yang digunakan itu merupakan hasil panen sendiri.
"Masyarakat Bali hendaknya tidak selalu mengonsumsi buah-buahan impor," ujarnya.
Apalagi, tambah Sudikerta, sudah ada Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Buah Lokal, yang sejauh ini implementasinya belum berjalan optimal.
Di sisi lain, mantan Wakil Bupati Badung itu juga menyampaikan rasa syukurnya atas upacara atau ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Kedonganan.
"Upacara `yadnya` ini harus dilakukan sebagai sujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) agar tercipta kesejahteraan alam lingkungan dan masyarakat juga dalam melakukan hal apa pun dapat berjalan lancar," ucapnya.
Sudikerta juga berpesan pada masyarakat Kedonganan agar melakukan ritual persembahan secara tulus ikhlas serta menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing agar semua masyarakat bisa merasakan persembahyangan dengan sukacita.
"Khususnya pada umat di sini, kami harapkan dalam melaksanakan `yadnya` atau membuat persembahan tidak jor-joran, tetapi menyesuaikan dengan kemampuan masyarakat," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015