Tabanan (Antara Bali) - Kecamatan Selemadeg Barat mendapat kepercayaan mewakili Kabupaten Tabanan dalam lomba penilaian Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSI-B) tingkat Provinsi Bali tahun 2015 yang akan bersaing dengan utusan dari tujuh kabupaten dan satu kota di daerah ini.

Tim Provinsi Bali yang dipimpin Ida Ayu Nyoman Candrawati melakukan penilaian ke lapangan terhadap wakil Kabupaten Tabanan itu menyangkut berbagai aspek tentang GSI-B, Selasa.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti diwaliki Asisten I Setda Kabupaten Tabanan Wayan Yatnanadi menerima tim penilai tersebut di Wantilan Desa Selabih, Selemadeg Barat.

Bupati dalam sambutan tertulis dibacakan Asisten I Setda Kabupaten Tabanan Wayan Yatnanadi mengatakan, dipilihnya tiga Desa di Kecamatan Selemadeg Barat yakni, Desa Selabih, Desa Mundeh dan Desa Antasari wakili Tabanan dalam lomba GSI-B karena memiliki kelebihan.

Selemadeg Barat merupakan salah satu penyangga Kabupaten Tabanan yang memiliki 71 banjar dinas dan 37 banjar adat. Dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Banyak faktor mempengaruhi tingginya angka kematian ibu, di antaranya faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal di antaranya 3 T yakni terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat mendapat pertolongan, dan terlambat sampai tempat tujuan.

Selain itu juga adanya empat ter (4 terlalu), seperti terlalu muda untuk melangsungkan perkawinan, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak kelahiran dan terlalu tua untuk melahirkan.

"Untuk menekan jumlah kematian ibu dan bayi harus dimulai dari keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Dengan keluarga yang sejahtera, maka akan muncul rasa aman di segala bidang," ujar Bupati Eka.

Sementara itu, Ketua Tim Penilai GSI-B Provinsi Bali yang diwakili Kepala Bidang Perlindungan Perempuan BP3A Provinsi Bali, Ida Ayu Nyoman Candrawati menjelaskan, rendahnya kualitas hidup perempuan akan berakibat pada meningkatnya angka kematian ibu (AKI) dan tingginya angka kematian bayi (AKB).

Kondisi tersebut berdampakterhadap menurunnya angka harapan hidup masyarakat. Di sisi lain pembangunan sumber daya manusia harus dimulai sejak janin dalam kandungan, karena pada saat itu pertumbuhan sedang berlangsung.

"Pembangunan sumber daya manusia harus dimulai sejak janin, saat masih dalam kandungan. Di mana periode balita adalah periode paling kritis dalam menentukan kualitas SDM. Lima tahun pertama kehidupan merupakan masa dimana pertumbuhan sel otak anak mencapai 85 persen yang menentukan sikap, nilai dan pola perilaku seseorang di kemudian hari," ujar Ida ayu Candrawati. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015