Denpasar (Antara Bali) - Angka Kematian Ibu (AKI) di Bali sejak Januari sampai Juni 2015 mencapai 29 kasus dan angka kematian anak 187 kasus, karena faktor obstetri berhubungan dengan kehamilan (obstetri) dan non-obstetri.
"Penyebab kematian ibu sebagian besar karena faktor non obstetrik atau tidak berhubungan langsung dengan kehamilannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Jumat.
Ia menuturkan penyebab kematian ibu karena faktor non obstetri di antaranya penyakit jantung, hipertensi, sesak nafas dan penyakit lain yang menyertai, sedangkan faktor obstetrik atau berhubungan dengan kehamilannya yakni pendarahan, emboli, eklampsi.
Sedangkan untuk penyebab tingginya angka kematian anak karena bayi yang baru dilahirkan memiliki berat badan lahir ringan (BBLR), faktor penyakit lain, kecacatan dan lainnya.
Suarjaya menegaskan untuk kasus AKI terbanyak terdapat berada di Kabupaten Buleleng dengan sembilan kasus, Badung (enam), Denpasar (lima), Karangasem (empat), Jembrana dan Klungkung masing-masing (dua) sementara untuk Kabupaten Bangli (1).
"Untuk kasus kematian bayi hsejak Januari sampai Mei 2015 terdapat di Kabupaten Buleleng sebanyak 50 orang, Karangasem (41), Tabanan (30), Gianyar (24), Jembrana (15 ), Bangli (11), Klungkung (9), Badung (tujuh). Sedangkan untuk Kota Denpasar belum ada," ujarnya.
Upaya untuk menekan kasus kematian ibu dan anak, pihaknya melakukan beberapa langkah yakni melakukan audit setiap kematian untuk mengetahui penyebab kematian dan tindak lanjutnya mencegah kejadian berulang.
Selain itu, ia melakukan penguatan pelayanan dengan penambahan sarana dan prasarana di Puskesmas yang berada diseluruh Kabupaten untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara komprehensif.
Kemudian, dengan memberikan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (Poned) dapat memperkuat rumah sakit melayani masyarakat.
"Selain itu juga perlu peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan- pelatihan, ketrampilan, managemen dan penguatan sistem serta jejaring pelayanan kesehatan," ujarnya.
Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat yang sedang hamil agar melakukan pemeriksaan secara teratur di sarana kesehatan, agar pemenuhan gizi tercukupi dan persalinan dilakukan di tenaga kesehatan.
Hal senada diungkapkan Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali, Ni Ketut Adi Arini S.Sos, S.ST,M.M, menegaskan angka kematian Ibu jumlahnya mencapai 29 kasus pada Januari hingga Mei 2015.
"Untuk menekan angka kematian bayi itu, kami secara berkelanjutan melakukan pembinaan kepada bidan praktek desa," ujarnya.
Selain itu, pihaknya akan terus memonitoring anggota dimasing-masing praktek bidan desa. "Di Bali sendiri anggota bidan mencapai 3.000 anggota, dan secara nasional jumlahnya lebih dari 200.000," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Penyebab kematian ibu sebagian besar karena faktor non obstetrik atau tidak berhubungan langsung dengan kehamilannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Jumat.
Ia menuturkan penyebab kematian ibu karena faktor non obstetri di antaranya penyakit jantung, hipertensi, sesak nafas dan penyakit lain yang menyertai, sedangkan faktor obstetrik atau berhubungan dengan kehamilannya yakni pendarahan, emboli, eklampsi.
Sedangkan untuk penyebab tingginya angka kematian anak karena bayi yang baru dilahirkan memiliki berat badan lahir ringan (BBLR), faktor penyakit lain, kecacatan dan lainnya.
Suarjaya menegaskan untuk kasus AKI terbanyak terdapat berada di Kabupaten Buleleng dengan sembilan kasus, Badung (enam), Denpasar (lima), Karangasem (empat), Jembrana dan Klungkung masing-masing (dua) sementara untuk Kabupaten Bangli (1).
"Untuk kasus kematian bayi hsejak Januari sampai Mei 2015 terdapat di Kabupaten Buleleng sebanyak 50 orang, Karangasem (41), Tabanan (30), Gianyar (24), Jembrana (15 ), Bangli (11), Klungkung (9), Badung (tujuh). Sedangkan untuk Kota Denpasar belum ada," ujarnya.
Upaya untuk menekan kasus kematian ibu dan anak, pihaknya melakukan beberapa langkah yakni melakukan audit setiap kematian untuk mengetahui penyebab kematian dan tindak lanjutnya mencegah kejadian berulang.
Selain itu, ia melakukan penguatan pelayanan dengan penambahan sarana dan prasarana di Puskesmas yang berada diseluruh Kabupaten untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara komprehensif.
Kemudian, dengan memberikan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (Poned) dapat memperkuat rumah sakit melayani masyarakat.
"Selain itu juga perlu peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan- pelatihan, ketrampilan, managemen dan penguatan sistem serta jejaring pelayanan kesehatan," ujarnya.
Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat yang sedang hamil agar melakukan pemeriksaan secara teratur di sarana kesehatan, agar pemenuhan gizi tercukupi dan persalinan dilakukan di tenaga kesehatan.
Hal senada diungkapkan Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali, Ni Ketut Adi Arini S.Sos, S.ST,M.M, menegaskan angka kematian Ibu jumlahnya mencapai 29 kasus pada Januari hingga Mei 2015.
"Untuk menekan angka kematian bayi itu, kami secara berkelanjutan melakukan pembinaan kepada bidan praktek desa," ujarnya.
Selain itu, pihaknya akan terus memonitoring anggota dimasing-masing praktek bidan desa. "Di Bali sendiri anggota bidan mencapai 3.000 anggota, dan secara nasional jumlahnya lebih dari 200.000," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015