Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, I Made Gunaja mengatakan banyak petani rumput laut di di Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dari daratan Pulau Bali beralih profesi menjadi pramuwisata dan tukang parkir kapal.
"Kedua jenis pekerjaan tersebut memiliki prospek lebih baik seiring meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan asing ke wilayah pulau yang bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan kapal motor dari Pantai Sanur tersebut," kata I Made Gunaja di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, sejak ditetapkannya kawasan Nusa Penida sebagai areal konservasi kelautan menyebabkan perkembangan denyut pariwisata utamanya sektor wisata bahari semakin menggeliat.
Nusa Penida, diungkapkan Made Gunaja, semakin terkenal sebagai salah satu objek wisata ternama dikarenakan memiliki ekosistem terumbu karang yang bagus, memiliki beberapa species ikan langka dan kerajinan tenunannya seperti kain rang rang cukp terkenal.
"Di Nusa Penida hidup ikan mola-mola dan ikan parimanta yang begitu dikagumi wisatwan mancanegara yang sangat menggemari kehidupan alam bawah laut." kata dia.
Ia menambahkan, kemajuan pariwisata bukan hanya dimanfaatkan investor saja tetapi juga petani yang selama ini kebanyakan bergerak di bidang budidaya ikan dan rumput laut, namun kini beralih profesi dibidang kepariwisataan.
Banyak petani kini lebih fokus menjalankan profesinya sebagai pramuwisata, mereka mengantar tamu melakukan berbagai kegiatan bahari seperti menyelam, snorkeling, dan masih banyak yang lainnya.
Banyak di antara mereka juga bekerja sebagai tukang parkir kapal, melihat intensitas kapal yang berlabuh di daratan Nusa Penida makin hari kian meningkat.
Di sisi lain, beberapa kalangan petani masih melakukan kegiatan budidaya, namun, hanya sekedarnya saja, mereka melakukan proses panen kadang dibawah sebulan, padahal seharunya panen dilakukan paling cepat 45 hari.
"Beberapa petani mulai tidak serius, hanya sekedarnya saja melakukan budidaya rumput laut," katanya.
Fenomena tersebut menurut Made Gunaja menyebabkan hasil panen rumput laut Bali secara keseluruhan mengalami penurunan sangat drastis, dimana pada tahun 2014, total hasil panen petani rumput laut Bali hanya sekitar 84.338 ton saja, padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai sekitar 145.557 ton atau menurun sekitar 90 persen lebih.
"Meskipun demikian, kami akan terus mendorong kalangan petani untuk kembali menekuni profesi sebagai petani rumput laut, bantuan dan bimbingan akan terus diberikan untuk membantu petani yang selama ini mengalami permasalahan ekonomi," imbuhnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kedua jenis pekerjaan tersebut memiliki prospek lebih baik seiring meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan asing ke wilayah pulau yang bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan kapal motor dari Pantai Sanur tersebut," kata I Made Gunaja di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, sejak ditetapkannya kawasan Nusa Penida sebagai areal konservasi kelautan menyebabkan perkembangan denyut pariwisata utamanya sektor wisata bahari semakin menggeliat.
Nusa Penida, diungkapkan Made Gunaja, semakin terkenal sebagai salah satu objek wisata ternama dikarenakan memiliki ekosistem terumbu karang yang bagus, memiliki beberapa species ikan langka dan kerajinan tenunannya seperti kain rang rang cukp terkenal.
"Di Nusa Penida hidup ikan mola-mola dan ikan parimanta yang begitu dikagumi wisatwan mancanegara yang sangat menggemari kehidupan alam bawah laut." kata dia.
Ia menambahkan, kemajuan pariwisata bukan hanya dimanfaatkan investor saja tetapi juga petani yang selama ini kebanyakan bergerak di bidang budidaya ikan dan rumput laut, namun kini beralih profesi dibidang kepariwisataan.
Banyak petani kini lebih fokus menjalankan profesinya sebagai pramuwisata, mereka mengantar tamu melakukan berbagai kegiatan bahari seperti menyelam, snorkeling, dan masih banyak yang lainnya.
Banyak di antara mereka juga bekerja sebagai tukang parkir kapal, melihat intensitas kapal yang berlabuh di daratan Nusa Penida makin hari kian meningkat.
Di sisi lain, beberapa kalangan petani masih melakukan kegiatan budidaya, namun, hanya sekedarnya saja, mereka melakukan proses panen kadang dibawah sebulan, padahal seharunya panen dilakukan paling cepat 45 hari.
"Beberapa petani mulai tidak serius, hanya sekedarnya saja melakukan budidaya rumput laut," katanya.
Fenomena tersebut menurut Made Gunaja menyebabkan hasil panen rumput laut Bali secara keseluruhan mengalami penurunan sangat drastis, dimana pada tahun 2014, total hasil panen petani rumput laut Bali hanya sekitar 84.338 ton saja, padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai sekitar 145.557 ton atau menurun sekitar 90 persen lebih.
"Meskipun demikian, kami akan terus mendorong kalangan petani untuk kembali menekuni profesi sebagai petani rumput laut, bantuan dan bimbingan akan terus diberikan untuk membantu petani yang selama ini mengalami permasalahan ekonomi," imbuhnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015