Denpasar (Antara Bali)  Kakao hasil perkebunan rakyat Bali semakin gencar memasuki pasaran ekspor dan selama empat bulan periode Januari hingga April 2015 mencapai 75 ton senilai 614 ribu dolar AS, naik 41,78 persen jika dibandingkan periode yang tahun sebelumnya hanya 433 ribu dolar.

"Ada sedikitnya lima negara pembeli utama kakao hasil petani daerah ini yakni Amerika Serikat, Inggris, Firlandia, Malaysia dan Australia, disamping negara lainnya," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Jumat.

Negara lain seperti Perancis tampaknya juga ada minat untuk membeli kakao hasil perkebunan daerah ini dan hasil petikan petani itu sendiri mampu mengangkat perolehan devisa sektor perkebunan yang mencapai 719 ribu dolar AS selama Januari-April 2015.

Bali sebagai daerah pariwisata sangat menguntungkan, karena turis asing yang berlibur di daerah ini ada diantaranya sambil berbisnis. Oleh sebab itu hasil perkebunan rakyat daerah ini diharapkan akan lebih banyak memasuki pasar ekspor seperti vanili, kopi dan sebagainya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat, perolehan devisa dari hasil perkebunan rakyat daerah ini mampu menembus angka 719 ribu dolar AS Januari-April 2015, naik 6,95 persen dari periode sama sebelumnya yang hanya 672 ribu dolar.

Besar perolehan devisa hasil perkebunan itu, berkat kakao hasil panenan masyarakat Bali semakin lancar memasuki pasar ekspor dan mampu menyalip perdagangan vanili dan kopi yang selama ini menjadi primadona ekspor hasil perkebunan Bali.

Dewa Made Buana mengatakan, kakao merupakanan matadagangan jenis baru dari Bali, dalam perolehan devisanya mampu menyalip hasil perdagangan kopi yang sudah menjadi mata dagangan tradisional yang dikapalkan ke pasaran luar negeri.

"Dengan lancarnya pemasaran hasil perkebunan rakyat itu diharapkan petani akan lebih bergairah untuk memelihara tanamannya sehingga menghasilkan buah yang berkualitas tentu akan memperoleh harga lebih baik di pasaran," kata Dewa Made Buana.

Ia mengakui Kakao produksi petani daerah ini baru memulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama adalah konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman tentu dalam jumlah masih terbatas yakni masih dalam belasan ton per bulan.

Dewa Made Buana Duwuran mengatakan, ada tiga daerah yang mengembangkan tanaman kakao di daerah ini yakni petani di Kabupaten Tabanan seluas 5.063 hektare, menyusul Jembrana, 3.555 hektare, Buleleng 1.258 hektare sisanya di Badung, Klungkung, Bangli dan Karangasem. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015