Semarapura (Antara Bali) - Hasil tangkapan nelayan di Pantai Kusamba, Kabupaten Klungkung, Bali, akhir-akhir ini merosot akibat perubahan cuaca yang menyebabkan gelombang tinggi.
"Produksi nelayan merosot hingga 70 persen, disamping nelayan takut melaut," kata Dewa Raka, salah seorang nelayan setempat, Rabu.
Ia mengatakan, perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini sangat berpengaruh terhadap tangkapan nelayan di pesisr wilayah Kabupaten Klungkung. "Yang paling parah kena dampak perubahan iklim adalah nelaya yang menggunakan mesim tempel berkekuatan 5-15 PK. Kami nelayan kecil hanya mampu mencari ikan di sekitar Pantai Kusamba," ujar Dewa Raka.
Dewa Raka menambahkkan, cuaca belakangan ini tergolong ekstrim sehingga nelayan tidak berani melaut sampai ke tengah karena sangat beresiko. Sementara hasil yang mereka dapat jauh dari harapan. Paling hanya dapat ikan ikan kecil.
Kalau dijual hanya mampu menghasilkan Rp20-Rp30.000 sekali melaut. "Padahal kalau hari biasa mampu menghasilkan sekitar Rp150 ribu sekali melaut," ujar Dewa Raka.
Kondisi demikian menyebabkan sebagian besar nelayan rata-rata mengalami kerugian, disamping bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan harganya juga mahal. Nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan ke laut mulai pukul 04.00 dini harti dan kembali pukul 08.00 waktu setempat. Kalau musim lagi bagus, nelayan Pantai Kusamba bisanya mempu menangkap ikan tongkol yang harganya cukup mahal. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Produksi nelayan merosot hingga 70 persen, disamping nelayan takut melaut," kata Dewa Raka, salah seorang nelayan setempat, Rabu.
Ia mengatakan, perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini sangat berpengaruh terhadap tangkapan nelayan di pesisr wilayah Kabupaten Klungkung. "Yang paling parah kena dampak perubahan iklim adalah nelaya yang menggunakan mesim tempel berkekuatan 5-15 PK. Kami nelayan kecil hanya mampu mencari ikan di sekitar Pantai Kusamba," ujar Dewa Raka.
Dewa Raka menambahkkan, cuaca belakangan ini tergolong ekstrim sehingga nelayan tidak berani melaut sampai ke tengah karena sangat beresiko. Sementara hasil yang mereka dapat jauh dari harapan. Paling hanya dapat ikan ikan kecil.
Kalau dijual hanya mampu menghasilkan Rp20-Rp30.000 sekali melaut. "Padahal kalau hari biasa mampu menghasilkan sekitar Rp150 ribu sekali melaut," ujar Dewa Raka.
Kondisi demikian menyebabkan sebagian besar nelayan rata-rata mengalami kerugian, disamping bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan harganya juga mahal. Nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan ke laut mulai pukul 04.00 dini harti dan kembali pukul 08.00 waktu setempat. Kalau musim lagi bagus, nelayan Pantai Kusamba bisanya mempu menangkap ikan tongkol yang harganya cukup mahal. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015