Denpasar (Antara Bali) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali menilai populasi anjing di Pulau Dewata saat ini yang diprediksi jumlahnya di atas 400 ribu ekor sudah melebihi kemampuan untuk penanganan dan vaksinasi secara baik.
"Sebenarnya 200 ribu ekor saja sudah cukup, kalau lebih dari itu, penanganannya akan sulit," kata Kadisnakeswan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, kalau memang masyarakat mau jumlah anjing di atas 400 ribu dan ditangani dengan baik, tentu tidak akan masalah. "Namun masalahnya, kami sudah beberapa kali minta supaya anjing dipelihara dengan baik, jangan sembarangan, dan memvaksin anjing, tetap saja tidak jalan," ujarnya.
Sumantra mengemukakan, populasi anjing di Bali kelebihan banyak disebabkan karena perilaku masyarakat juga yang membiarkan anjingnya berkeliaran, apalagi tidak divaksin. "Hal ini yang berdampak pada rabies yang tidak hilang-hilang," ucapnya.
Apalagi, tambah Sumantra, saat ini Bali dihadapkan pada kondisi kelangkaan vaksin anti-rabies (VAR). Memang hal itu bukan kesalahan Pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah kabupaten/kota. "Kita sudah punya dana, tetapi penyedianya (Bio Farma -red) yang tidak mampu menyediakan," katanya.
Oleh karena itu, kata Sumantra, di tengah kondisi tersebut yang dapat dilakukan adalah paling tidak bagi anjing yang sudah ada dibiarkan tetap ada, sedangkan yang tidak tervaksin di daerah rabies sebaiknya dieliminasi.
Di sisi lain, dia mengemukakan, untuk 2015 dalam program vaksinasi massal rabies tahap keenam, Pemprov Bali sudah melakukan pengadaan 250 ribu dosis dan stok tahun sebelumnya masih tersisa 60 ribu dosis. "Tinggal droping saja ke kabupaten dan vaksinasi dilakukan hingga akhir Juli 2015," ujarnya.
Sumantra berpandangan jika masyarakat dapat memelihara anjing dengan baik, tentunya tidak akan banyak dana yang tersedot untuk penanganan rabies sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk membantu orang miskin.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Sebenarnya 200 ribu ekor saja sudah cukup, kalau lebih dari itu, penanganannya akan sulit," kata Kadisnakeswan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, kalau memang masyarakat mau jumlah anjing di atas 400 ribu dan ditangani dengan baik, tentu tidak akan masalah. "Namun masalahnya, kami sudah beberapa kali minta supaya anjing dipelihara dengan baik, jangan sembarangan, dan memvaksin anjing, tetap saja tidak jalan," ujarnya.
Sumantra mengemukakan, populasi anjing di Bali kelebihan banyak disebabkan karena perilaku masyarakat juga yang membiarkan anjingnya berkeliaran, apalagi tidak divaksin. "Hal ini yang berdampak pada rabies yang tidak hilang-hilang," ucapnya.
Apalagi, tambah Sumantra, saat ini Bali dihadapkan pada kondisi kelangkaan vaksin anti-rabies (VAR). Memang hal itu bukan kesalahan Pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah kabupaten/kota. "Kita sudah punya dana, tetapi penyedianya (Bio Farma -red) yang tidak mampu menyediakan," katanya.
Oleh karena itu, kata Sumantra, di tengah kondisi tersebut yang dapat dilakukan adalah paling tidak bagi anjing yang sudah ada dibiarkan tetap ada, sedangkan yang tidak tervaksin di daerah rabies sebaiknya dieliminasi.
Di sisi lain, dia mengemukakan, untuk 2015 dalam program vaksinasi massal rabies tahap keenam, Pemprov Bali sudah melakukan pengadaan 250 ribu dosis dan stok tahun sebelumnya masih tersisa 60 ribu dosis. "Tinggal droping saja ke kabupaten dan vaksinasi dilakukan hingga akhir Juli 2015," ujarnya.
Sumantra berpandangan jika masyarakat dapat memelihara anjing dengan baik, tentunya tidak akan banyak dana yang tersedot untuk penanganan rabies sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk membantu orang miskin.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015