Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,25 persen selama bulan April 2015, lebih tinggi dari angka rata-rata nasional pada bulan yang sama tercatat 0,21 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 22 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan sebelas provinsi deflasi perdesaan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Kalimantan Timur dan Sumatera Barat sebesar 0,88 persen dan inflasi terendah di Lampung sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi terbesar terjadi di Sulawesi Utara 0,59 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur (NTT) 0,01 persen.
Panasunan Siregar menambahkan, hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan April 2015 menunjukkan NTP Bali mengalami penurunan 0,35 persen dari 103,41 persen pada bulan Maret 2015 menjadi 103,05 persen pada bulan April 2015.
Hal itu akibat indeks harga yang diterima petani (IT) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen dari 119,68 persen menjadi 119,68 persen. Sebaliknya indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen dari 115,76 persen menjadi 116,14 persen.
Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan meliputi tanaman pangan 3,37 persen, perikanan 0,64 persen dan peternakan 0,03 persen serta dua subsektor mengalami kenaikan yakni tanaman perkebunan rakyat 1,07 persen dan hortikultura 0,67 persen.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, sehingga semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 22 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan sebelas provinsi deflasi perdesaan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Kalimantan Timur dan Sumatera Barat sebesar 0,88 persen dan inflasi terendah di Lampung sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi terbesar terjadi di Sulawesi Utara 0,59 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur (NTT) 0,01 persen.
Panasunan Siregar menambahkan, hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan April 2015 menunjukkan NTP Bali mengalami penurunan 0,35 persen dari 103,41 persen pada bulan Maret 2015 menjadi 103,05 persen pada bulan April 2015.
Hal itu akibat indeks harga yang diterima petani (IT) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen dari 119,68 persen menjadi 119,68 persen. Sebaliknya indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen dari 115,76 persen menjadi 116,14 persen.
Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan meliputi tanaman pangan 3,37 persen, perikanan 0,64 persen dan peternakan 0,03 persen serta dua subsektor mengalami kenaikan yakni tanaman perkebunan rakyat 1,07 persen dan hortikultura 0,67 persen.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, sehingga semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015