Denpasar (Antara Bali) - Para petani Bali sedang mengalami panen raya pada April dan Mei 2015, mengakibatkan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dan penggilingan mengalami penurunan akibat produksi yang melimpah.
"Petani langsung menjual gabah selesai panen karena tidak memiliki lantai jemur untuk mengeringkan gabah hasil panennya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan harga gabah GKP di tingkat petani di Bali pada April 2015 turun sebesar 12,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Demikian juga harga gabah di tingkat penggilingan turun sebesar 13,43 persen. Meskipun harga gabah mengalami penurunan namun umumnya masih di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp3.700/kg.
Panasunan Siregar menambahkan harga gabah di tingkat petani sebesar Rp3.785,53/kg dan tingkat penggilingan Rp3.857,96/kg. Transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp4.857,29 per kilogram untuk varietas Ciherang. Sedangkan harga terendah terjadi di Kabupaten Buleleng yakni Rp3.200/kg untuk varietas Ciherang.
Ia mengharapkan petani menyimpan sebagian gabah yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan minimal untuk tiga-empat bulan ke depan. Sisa dari kebutuhan gabah itu yang dijual, sehingga petani dan keluarganya lebih tenang, karena kebutuhan pokok berupa beras tidak perlu dipikirkan lagi, sehingga perhatian fokus untuk kerja.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat produksi padi daerah ini tahun 2014 tercatat 857.944 ton gabah kering giling (GKG), menurun 24.148 ton atau 2,74 persen dibanding tahun sebelumnya. Menurunnya produksi padi itu akibat berkurangnya luas panen sebagai dampak dari pengaruh musim kemarau. Meskipun produksi padi secara keseluruhan menurun namun produktivitas tanaman meningkat 2,49 persen.
Produksi padi persatuan hektare mencapai 58,08 kuintal gabah kering panen (GKP) selama tahun 2014, meningkat 1,46 kuintal atau 2,49 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 58,60 kuintal. Peningkatan yang signifikan tersebut berkat petani menggunakan pupuk organik maupun anorganik yang meliputi pupuk urea, TSP, SP36, KCL dan NPK secara intensif dan merata di setiap kabupaten dan kota. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Petani langsung menjual gabah selesai panen karena tidak memiliki lantai jemur untuk mengeringkan gabah hasil panennya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan harga gabah GKP di tingkat petani di Bali pada April 2015 turun sebesar 12,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Demikian juga harga gabah di tingkat penggilingan turun sebesar 13,43 persen. Meskipun harga gabah mengalami penurunan namun umumnya masih di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp3.700/kg.
Panasunan Siregar menambahkan harga gabah di tingkat petani sebesar Rp3.785,53/kg dan tingkat penggilingan Rp3.857,96/kg. Transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp4.857,29 per kilogram untuk varietas Ciherang. Sedangkan harga terendah terjadi di Kabupaten Buleleng yakni Rp3.200/kg untuk varietas Ciherang.
Ia mengharapkan petani menyimpan sebagian gabah yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan minimal untuk tiga-empat bulan ke depan. Sisa dari kebutuhan gabah itu yang dijual, sehingga petani dan keluarganya lebih tenang, karena kebutuhan pokok berupa beras tidak perlu dipikirkan lagi, sehingga perhatian fokus untuk kerja.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat produksi padi daerah ini tahun 2014 tercatat 857.944 ton gabah kering giling (GKG), menurun 24.148 ton atau 2,74 persen dibanding tahun sebelumnya. Menurunnya produksi padi itu akibat berkurangnya luas panen sebagai dampak dari pengaruh musim kemarau. Meskipun produksi padi secara keseluruhan menurun namun produktivitas tanaman meningkat 2,49 persen.
Produksi padi persatuan hektare mencapai 58,08 kuintal gabah kering panen (GKP) selama tahun 2014, meningkat 1,46 kuintal atau 2,49 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 58,60 kuintal. Peningkatan yang signifikan tersebut berkat petani menggunakan pupuk organik maupun anorganik yang meliputi pupuk urea, TSP, SP36, KCL dan NPK secara intensif dan merata di setiap kabupaten dan kota. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015