Denpasar (Antara Bali) - Bali menghasilkan devisa sebesar 3,84 juta dolar AS dari pengapalan aneka jenis perabot dan kelengkapan rumah tangga ke pasaran luar negeri selama bulan Februari 2015.
"Perolehan devisa tersebut meningkat 36,04 persen dibanding bulan sebelumnya (Januari 2015) yang tercatat 2,89 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Perolehan devisa yang cukup besar itu, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (Februari 2014) juga meningkat 11,11 persen karena saat itu hanya meraup 3,54 juta dolar AS.
Panasunan Siregar menambahkan, matadagangan berupa perabot dan alat rumah tangga yang dibuat dengan disain yang unik dan menarik paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni 19,77 persen, menyusul Jepang 4,96 persen, Singapura 2,50 persen, Australia 5,40 persen dan Prancis 6,19 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Spanyol 1,59 persen, Hong Kong 4,30 persen, Italia 2,09 persen, Inggris 2,53 persen, Belanda 2,76 persen dan 47,90 persen sisanya diserap berbagai negara lainnya.
Mudita, seorang eksportir berbagai jenis furniture di Gianyar menambahkan, konsumen Amerika Serikat menjadi peminat fanatik seni kerajinan Bali, karena sebagian besar aneka barang perabotan rumah tangga yang dibuat antik diekspor memasuki pasar negeri Paman Sam.
Meskipun persaingan aneka barang perabotan rumah tangga cukup ketat, namun berkat kreativitas perajin Bali masih banyak matadagangan yang dibuat antik memasuki pasaran AS.
Pengusaha furniture negara tetangga gencar mengisi aneka barang serupa ke pasaran ekspor, tetapi perajin memproduksi barang yang memiliki pangsa pasar khusus, sehingga konsumen AS merupakan pembeli tertinggi.
Ia berkeyakinan bahwa, perajin Bali yang dinilai kreatif dibidang memadukan seni tradisional dengan yang berkembang di negara konsumen, maka barang jenis antik produksi dari Pulau Dewata akan tetap laku ke pasar ekspor.
Hal itu terbukti masih ada pesanan yang diterima pengusaha dan perajin Bali terhadap permintaan di tengah krisis keungan global, kondisi itu menunjukkan furniture asal Bali masih memiliki peminat fanatik di negeri Paman Sam tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Perolehan devisa tersebut meningkat 36,04 persen dibanding bulan sebelumnya (Januari 2015) yang tercatat 2,89 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Perolehan devisa yang cukup besar itu, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (Februari 2014) juga meningkat 11,11 persen karena saat itu hanya meraup 3,54 juta dolar AS.
Panasunan Siregar menambahkan, matadagangan berupa perabot dan alat rumah tangga yang dibuat dengan disain yang unik dan menarik paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni 19,77 persen, menyusul Jepang 4,96 persen, Singapura 2,50 persen, Australia 5,40 persen dan Prancis 6,19 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Spanyol 1,59 persen, Hong Kong 4,30 persen, Italia 2,09 persen, Inggris 2,53 persen, Belanda 2,76 persen dan 47,90 persen sisanya diserap berbagai negara lainnya.
Mudita, seorang eksportir berbagai jenis furniture di Gianyar menambahkan, konsumen Amerika Serikat menjadi peminat fanatik seni kerajinan Bali, karena sebagian besar aneka barang perabotan rumah tangga yang dibuat antik diekspor memasuki pasar negeri Paman Sam.
Meskipun persaingan aneka barang perabotan rumah tangga cukup ketat, namun berkat kreativitas perajin Bali masih banyak matadagangan yang dibuat antik memasuki pasaran AS.
Pengusaha furniture negara tetangga gencar mengisi aneka barang serupa ke pasaran ekspor, tetapi perajin memproduksi barang yang memiliki pangsa pasar khusus, sehingga konsumen AS merupakan pembeli tertinggi.
Ia berkeyakinan bahwa, perajin Bali yang dinilai kreatif dibidang memadukan seni tradisional dengan yang berkembang di negara konsumen, maka barang jenis antik produksi dari Pulau Dewata akan tetap laku ke pasar ekspor.
Hal itu terbukti masih ada pesanan yang diterima pengusaha dan perajin Bali terhadap permintaan di tengah krisis keungan global, kondisi itu menunjukkan furniture asal Bali masih memiliki peminat fanatik di negeri Paman Sam tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015