Denpasar (Antara Bali) - Akademisi Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa Denpasar I Gede Sudiarta menilai nelayan di Bali belum memerlukan hibah kapal besar di atas 30 GT karena masih tradisional.

"Nelayan tradisional di Bali kecenderungan masih gemar di laut terdekat karena potensi ikan masih mendukung, kecuali sudah habis secara otomatis nelayan akan lebih jauh menangkap ikan," ujar Gede Sudiarta, di Denpasar, Minggu.

Menurut dia, bantuan hibah berupa kapal besar dari pemerintah pusat masih belum maksimal untuk diterapkan oleh masyarakat pesisir yang ada di Bali.

Apabila upaya tersebut dipaksakan, maka akan kurang efektif dalam penggunaannya mengingat Bali menjadi destinasi wisata bawah laut. Namun, apabila itu menjadi program pemerintah, kata dia, pihaknya bersama nelayan akan berusaha mengembangkan dengan melakukan edukasi kepada masyarakat pesisir tentang penggunaan dan pemanfaatan kapal besar itu.

"Edukasi yang saya maksud bagaimana kesiapan nelayan untuk penggunaan kapal besar itu yang digunakan berkelompok dan tidak dapat digunakan sendiri sehingga dapat mencegah timbulnya konflik kedepannya," ujarnnya.

Ia menegaskan kapal besar di atas 30 GT tersebut tidak dapat dioperasikan secara perorangan, namun harus berkelompok dan memerlukan ABK sebanyak 10 orang sekali melaut. "Selain jumlah anggota ABK, alat tangkap yang digunakan juga harus disesuaikan dengan kondisi kapal," ujarnya.

Pada kapal besar tersebut juga terkadang terdapat alat tangkap berupa jaring cincin (purse seine) dan jaring insang (gill net) untuk menangkap ikan. Namun, untuk menggunakan alat tangkap pancing dengan menggunakan kapal besar tersebut jarang dikembangkan. (WDY)

Pewarta: Oleh I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015