Denpasar (Antara Bali) - Petani salak di Kabupaten Karangasem Bali timur kini memasuki panen raya dengan produksi melimpah namun harga merosot, sehingga petani hanya menikmati harga Rp1.500 per kilogram.
"Kondisi seperti ini hampir terjadi setiap panen raya, sehingga petani salak selalu merugi," kata seorang petani salak yang juga pedagang di Karangasem, I Komang Seni, Rabu.
Ia mengatakan, manisnya salak Bali pada musim panen tidak dapat dirasakan petani di Desa Amertha Buana Kecamatan Selat, daerah ujung timur Pulau Dewata. Hampir setiap musim panen raya salak seperti sekarang ini harga salak selalu berfluktuasi di bawah harga standar.
Komang seni yang sedang melakukan aktivitas memanen dan memindahkan salak dari salah satu kebun salak milik warga di Desa Amertha Buana mengaku membeli dari petani salak Rp1.500/kg.
"Salak itu selanjutnya saya jual kembali ke pihak pengepul dengan harga Rp1.600--Rp 2.000 per kilogram," katanya lagi.
Harga tersebut menururnya, tidak sesuai dengan masa panen salak yang hanya sekali dalam setahun. Padahal petani salak sangat susah dalam merawat, menguras tenaga dan risiko yang harus diterima saat memanen salak. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kondisi seperti ini hampir terjadi setiap panen raya, sehingga petani salak selalu merugi," kata seorang petani salak yang juga pedagang di Karangasem, I Komang Seni, Rabu.
Ia mengatakan, manisnya salak Bali pada musim panen tidak dapat dirasakan petani di Desa Amertha Buana Kecamatan Selat, daerah ujung timur Pulau Dewata. Hampir setiap musim panen raya salak seperti sekarang ini harga salak selalu berfluktuasi di bawah harga standar.
Komang seni yang sedang melakukan aktivitas memanen dan memindahkan salak dari salah satu kebun salak milik warga di Desa Amertha Buana mengaku membeli dari petani salak Rp1.500/kg.
"Salak itu selanjutnya saya jual kembali ke pihak pengepul dengan harga Rp1.600--Rp 2.000 per kilogram," katanya lagi.
Harga tersebut menururnya, tidak sesuai dengan masa panen salak yang hanya sekali dalam setahun. Padahal petani salak sangat susah dalam merawat, menguras tenaga dan risiko yang harus diterima saat memanen salak. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015