Amed (Antara Bali) - Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke kawasan wisata Pantai Amed, Desa Amed, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, belakangan ini mengalami penurunan.

"Penurunan itu sudah terjadi sejak akhir Agustus lalu. Kondisi itu diakibatkan oleh berakhirnya masa liburan panjang sejak akhir bulan tersebut," kata I Gede Suta, salah seorang praktisi pariwisata di kawasan wisata Amed, Kamis. 

Ia menjelaskan, pada bulan Juli-Agustus 2010, tingkat kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Amed sangat tinggi, bahkan tingkat hunian hotel mencapai 100 persen.

Namun sekarang, ujar Suta, seiring berakhirnya masa liburan panjang, jumlah kunjungan wisatawan ikut mengalami penurunan.

Penurunan kunjungan itu bisa diketahui dari tingkat hunian hotel di kawasan wisata Amed.

"Sekarang tingkat hunian hotel hanya berkisar 50-65 persen. Tingkat hunian ini jauh berbeda dibandingkan saat masa liburan panjang yang mencapai 100 persen," ujarnya.

Meskipun kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Amed mengalami penurunan, namun tidak mempengaruhi keberadaan objek wisata untuk kegiatan menyelam (diving).

"Aktivitas diving tampaknya tidak mengenal waktu, terlebih lagi saat ini kondisi cuaca sangat cerah, sehingga wisata itu tetap laris," ucapnya menjelaskan.

Suta menyebutkan, wisatawan asing yang datang untuk melakukan penyelaman di wilayah Amed, dibawa langsung oleh biro perjalanan dari kawasan wisata Sanur, Nusa Dua maupun Denpasar.

"Walaupun sebagian dari mereka tampak melakukan diving di Pantai Tulamben, namun tetap tidak mempengaruhi keberadaan diving di Pantai Amed," ucapnya.

Masalahnya, kata dia, Pantai Amed memiliki potensi bawah laut yang sangat indah dan tidak sama dengan kawasan pantai lain di Pulau Dewata.

Berbeda dengan wisata tradisional jukung (perahu), kata Suta, nasib para pengais rezeki dari jasa berlayar mengelilingi kawasan Pantai Amed itu kini tak secerah pengelola wisata selam.

"Seiring dengan melorotnya jumlah kunjungan wisatawan, pendapatan para pengelola jukung juga anjlok," katanya.

Suta menyebutkan, saat kunjungan wisatawan menurun ataupun sepi, para pengelola jukung terpaksa memfokuskan mata pencahariannya sebagai nelayan. "Kalau wisatawan sepi, mereka akan kembali ke profesi semula, yakni menangkap ikan di laut," katanya menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010