Bitung (Antara Bali) - Masyarakat Nusa Utara etnis Sangihe dan Talaud di
Kota Bitung, Sulawesi Utara(Sulut) menggelar ritual adat Tulude
serentak di 10 kecamatan, Sabtu.
"Digelarnya pesta adat ini akan menjadi momentum sakral untuk warga dan masyarakat Nusa Utara yang sudah menjadi warga Bitung," kata Wali Kota Bitung Hanny Sondakh dalam sambutan di pesta adat Tulude Kecamatan Aertembaga, Sabtu.
Pesta adat Tulude sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas perlindungan, limpahan rejeki dan kesehatan di sepanjang tahun 2014 atau sering disebut tolak tahun.
Pesta adat Tulude dirangkaikan dengan pemotongan Tamo (tumpeng) oleh seorang warga Nusa Utara yang dituakan sambil membacakan doa dalam bahasa Sangihe.
Gelaran Tulude di masing-masing Kecamatan Kota Bitung dihadiri oleh pejabat pemerintah setempat. Wakil Wali Kota Bitung Maximilian J Lomban di Kecamatan Lembeh Utara sedangkan Sekretaris Kota Bitung Edison Humiang di Kecamatan Matuari dan diikuti para asisten pada kecamatan lainnya.
Meski jauh dari kampung halaman dan kini hidup di tanah rantau, masyarakat etnis Sangihe dan Talaud tetap menjalankan ritual adat tulude.
Hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan turun temurun sejak nenek moyang sebagai ekspresi ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa.
"Tulude" atau "Menulude" berasal dari kata Suhude, bahasa Sangihe yang berarti tolak. Sedangkan tulude berarti menolak atau melepaskan.
Usai pesta adat tersebut, masyarakat nusa utara yang berbaur dengan masyarakat dari berbagai suku termasuk Minahasa melanjutkan acara masamper atau kesenian Nusa Utara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Digelarnya pesta adat ini akan menjadi momentum sakral untuk warga dan masyarakat Nusa Utara yang sudah menjadi warga Bitung," kata Wali Kota Bitung Hanny Sondakh dalam sambutan di pesta adat Tulude Kecamatan Aertembaga, Sabtu.
Pesta adat Tulude sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas perlindungan, limpahan rejeki dan kesehatan di sepanjang tahun 2014 atau sering disebut tolak tahun.
Pesta adat Tulude dirangkaikan dengan pemotongan Tamo (tumpeng) oleh seorang warga Nusa Utara yang dituakan sambil membacakan doa dalam bahasa Sangihe.
Gelaran Tulude di masing-masing Kecamatan Kota Bitung dihadiri oleh pejabat pemerintah setempat. Wakil Wali Kota Bitung Maximilian J Lomban di Kecamatan Lembeh Utara sedangkan Sekretaris Kota Bitung Edison Humiang di Kecamatan Matuari dan diikuti para asisten pada kecamatan lainnya.
Meski jauh dari kampung halaman dan kini hidup di tanah rantau, masyarakat etnis Sangihe dan Talaud tetap menjalankan ritual adat tulude.
Hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan turun temurun sejak nenek moyang sebagai ekspresi ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa.
"Tulude" atau "Menulude" berasal dari kata Suhude, bahasa Sangihe yang berarti tolak. Sedangkan tulude berarti menolak atau melepaskan.
Usai pesta adat tersebut, masyarakat nusa utara yang berbaur dengan masyarakat dari berbagai suku termasuk Minahasa melanjutkan acara masamper atau kesenian Nusa Utara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015