Denpasar (Antara Bali) - Konsumen asal Amerika Serikat (AS) paling menyenangi aneka ukiran berbahan baku kayu yang dibuat jenis antik oleh masyarakat Pulau Dewata, disamping pembeli yang datang dari negara Australia dan Inggris.
"Dalam kondisi pasar yang lesu sekarang ini masih ada pesanan dari luar negeri, meskipun tidak sebanyak tempo hari sebelum terjadinya Bom Bali," kata Seorang perajin asal Kabupaten Gianyar Made Renge, di bengkel kerjanya Sabtu.
Perabotan rumah tangga termasuk pintu rumah dan dinding setelah diukir dan dicat kelihatannya seolah-olah antik menjadi barang seni bernilai jual tinggi dan barang seni jenis itu hasil karya seniman Bali masih laku ke luar negeri.
Pemasaran hasil aneka barang kerajinan boleh agak sepi, tetapi pintu yang dibuat dari kayu dan dinding berukir khas Bali, masih menjadi salah satu daya tarik konsumen luar negeri, termasuk meja dan kursi dari kayu berskala besar.
Made Renge yang menampung puluhan tenaga ukir itu menyebutkan barang seni yang semakin berkembang itu ternyata banyak diminati dan dikoleksi pecinta seni mancanegara mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat.
Perajin ukir yang tersebar di Pulau Dewata itu cukup kreatif mengembangkan desain baru yang sesuai dengan selera dan kondisi keuangan konsumen mancanegara, maupun calon pembeli yang datang dari Nusantara juga memiliki daya tarik yang sama.
Perabotan rumah tangga berbahan baku kayu jati semakin laris ke luar negeri merupakan salah satu penyebab perolehan devisa dari aneka kerajinan jenis ini dari Bali, disamping masyarakat lokal yang berduit juga ikut memborongnya.
Penduduk lokal juga semakin ramai membeli ukiran kayu untuk hiasan rumah-rumah kunonya, disamping banyak muncul bangunan pondok wisata yang juga memanfaatkan ukiran kayu sebagai daya tarik agar wisatawan bermalam di sana.
Realisasi ekspor kerajinan kayu, sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali rata-rata lima juta dolar AS per bulan, hampir 25 persen dipasarkan untuk memenuhi permintaan konsumen AS, menyusul Australia membeli sekitar 9,19 persen dan Inggris 7,27 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dalam kondisi pasar yang lesu sekarang ini masih ada pesanan dari luar negeri, meskipun tidak sebanyak tempo hari sebelum terjadinya Bom Bali," kata Seorang perajin asal Kabupaten Gianyar Made Renge, di bengkel kerjanya Sabtu.
Perabotan rumah tangga termasuk pintu rumah dan dinding setelah diukir dan dicat kelihatannya seolah-olah antik menjadi barang seni bernilai jual tinggi dan barang seni jenis itu hasil karya seniman Bali masih laku ke luar negeri.
Pemasaran hasil aneka barang kerajinan boleh agak sepi, tetapi pintu yang dibuat dari kayu dan dinding berukir khas Bali, masih menjadi salah satu daya tarik konsumen luar negeri, termasuk meja dan kursi dari kayu berskala besar.
Made Renge yang menampung puluhan tenaga ukir itu menyebutkan barang seni yang semakin berkembang itu ternyata banyak diminati dan dikoleksi pecinta seni mancanegara mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat.
Perajin ukir yang tersebar di Pulau Dewata itu cukup kreatif mengembangkan desain baru yang sesuai dengan selera dan kondisi keuangan konsumen mancanegara, maupun calon pembeli yang datang dari Nusantara juga memiliki daya tarik yang sama.
Perabotan rumah tangga berbahan baku kayu jati semakin laris ke luar negeri merupakan salah satu penyebab perolehan devisa dari aneka kerajinan jenis ini dari Bali, disamping masyarakat lokal yang berduit juga ikut memborongnya.
Penduduk lokal juga semakin ramai membeli ukiran kayu untuk hiasan rumah-rumah kunonya, disamping banyak muncul bangunan pondok wisata yang juga memanfaatkan ukiran kayu sebagai daya tarik agar wisatawan bermalam di sana.
Realisasi ekspor kerajinan kayu, sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali rata-rata lima juta dolar AS per bulan, hampir 25 persen dipasarkan untuk memenuhi permintaan konsumen AS, menyusul Australia membeli sekitar 9,19 persen dan Inggris 7,27 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015