Denpasar (Antara Bali) - Pengembangan usaha tanaman kedelai di Bali membutuhkan modal sebesar Rp5,42 juta untuk garapan lahan seluas satu hektare dalam satu kali musim tanam.

"Komponen biaya produksi usaha tanaman kedelai itu terbesar untuk upah pekerja dan jasa pertanian yang mencapai Rp2,31 juta atau 42,69 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panasunan Siregar di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, data tersebut diperoleh dari hasil Sensus Pertanian tahun 2013 yang dilakukan secara rinci terhadap komoditas pertanian, peternakan, perikanan, kelautan serta tanaman kehutanan.

Biaya produksi itu juga untuk menutupi pengeluaran untuk sewa lahan sebesar 43,11 persen atau Rp1,85 juta, pengadaan benih (bibit) 11,51 persen (Rp274.200) dan biaya pupuk Rp274.200 (11,51 persen).

Pihaknya memprediksikan produksi kedelai di Bali tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 554 ton biji kering (7,45 persen) dibanding tahun sebelumnya.

Kondisi itu berkat adanya peningkatan produktivitas sebesar 1,86 kuintal per hektare atau naik 14,06 persen, walaupun dari segi areal luasnya berkurang.

Panasunan Siregar menambahkan, luas areal tanaman kedelai di Bali berkurang 324 hektare (5,78 persen), namun terjadi peningkatan persentase produksi yang lebih besar sehingga mampu mendongkrak peningkatan produksi kedelai tahun 2014.

Berkurangnya luas panen sebagai akibat dari menurunnya minat petani menanam kedelai, menurunnya volume program bantuan budidaya kedelai serta adanya penundaan tanam di wilayah potensi kedelai di Kabupaten Klungkung karena perbaikan irigasi.

Awal tahun hingga pertengahan 2014 dengan harga kedelai yang kurang menjanjikan serta menurunnya volume bantuan langsung benih unggul (BLBU) dari pemerintah juga berpengaruh terhadap berkurangnya produksi kedelai.

Produksi kedelai pada subround I (Januari-April) 2014 menurun sebesar 413 ton biji kering (turun 54,85 persen), subround II (Mei-Agustus) 2014 tercatat mengalami peningkatan 1.805 ton (43,48 persen).

Namun ketika masuk subround III (September-Desember) 2014, produksi kedelai diperkirakan mengalami penurunan sebesar 839 ton biji kering atau 33,17 persen.

Dengan demikian totol produksi kedelai Bali diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 554 ton biji kering atau naik 7,45 persen, jika dibandingkan produksi kedelai tahun 2013.

Kabupaten Jembrana, Bali barat mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi kedelai Bali yakni 3.339 ton biji kering (41,81 persen), menyusul Kabupaten Badung 1.300 ton (16,28 persen) dan Gianyar menyumbangkan 1.095 ton (13,71 persen).

Sedangkan Kabupaten Klungkung menyumbangkan 9,10 ton (11,40 persen), Tabanan 798 ton (10 persen) dan empat daerah lainnya yakni Kota Denpasar, Karangasem, Bangli dan Buleleng hanya mampu memberikan kontribusi di bawah sepuluh persen

Tanaman kedelai dalam tiga tahun terakhir juga menurun dari 9.000 hektare menjadi hanya 7.000 hektare dan tahun 2014 diharapkan bisa mencapai 9.484 hektare.

Bali hingga kini memiliki lahan pertanian seluas 81,744 hektare tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang dimanfaatkan secara maksimal untuk mengembangkan tanaman padi dan palawija termasuk kedelai.  (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015